Respon Amerika Serikat terhadap pengembangan teknologi nuklir Iran 2005-2010
Main Author: | Ragil Wibisono |
---|---|
Other Authors: | Dina Afrianty |
Format: | Bachelors |
Bahasa: | in |
Terbitan: |
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/24188 |
Daftar Isi:
- Pengembangan teknologi nuklir merupakan suatu langkah alternatif mengatasi krisis sumber daya energi dan kebutuhan riset teknologi Iran. Iran selaku negara berdaulat mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Akan tetapi, pengembangan nuklir yang dilakukan Iran mendapat tekanan dari AS dan Sekutunya. Tekanan tersebut diawali oleh kekhawatiran AS bahwa pengembangan teknologi nuklir Iran dapat menuju pengembangan senjata nuklir dan berpengaruh kepada stabilitas keamanan Timur Tengah. Sebagai bukti bahwa pengembangan teknologi nuklirnya tidak menyimpang, maka Iran bersedia diawasi oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) dan bersedia menandatangani perjanjian NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty). Namun demikian, AS dan Sekutunya tetap berupaya untuk menghentikan program pengembangan nuklir Iran. Benturan kebijakan luar negeri antara Iran-AS dan adanya kepentingan AS di Timur Tengah merupakan sumber sengketa nuklir Iran. Selain itu, adanya perlindungan AS terhadap Israel juga merupakan alasan AS untuk merespon pengembangan nuklir Iran melalui berbagai tekanan. AS meyakini bahwa nuklir Iran berpotensi mengancam kedaulatan Israel di Timur Tengah. Penulis membahas isu tersebut dengan berdasar kepada pemikiran teori Neorealis beserta konsep turunannya yakni konsep kepentingan nasional, konsep kebijakan luar negeri, dan konsep keamanan internasional. Dengan menggunakan pencarian data kualitatif berupa sumber primer seperti wawancara dan sumber sekunder berupa kepustakaan, maka penulis menyimpulkan bahwa pengembangan teknologi nuklir Iran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain daripada itu, nuklir Iran juga berfungsi sebagai alat bargaining power kepada Israel selaku negara yang memiliki senjata nuklir di Timur Tengah. Adapun respon AS dalam pengembangan nuklir Iran adalah dengan melakukan tekanan melalui kekuatan politiknya, yang kemudian karena berbagai macam pertimbangan AS merubah responnya tersebut menjadi mengedepankan solusi diplomasi kepada Iran.
- Dina Afrianty