Pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L. urban) dosis tinggi terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus) betina
Main Author: | Azizah, Eka Nur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://etheses.uin-malang.ac.id/2667/1/06520045_Skripsi.pdf http://etheses.uin-malang.ac.id/2667/ |
Daftar Isi:
- Pegagan (Centella asiatica L. Urban) telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tanaman ini telah terbukti memiliki efek farmakologi dan dari segi fertilitas. Pegagan mengandung sejumlah bahan aktif golongan triterpenoid yang didugamampu mempengaruhi organ-organ reproduksi betina, termasuk proses ovulasi. Bahan aktif tersebut diduga mampu meregresi sel-sel granulosa dan sel-sel teka yang selanjutnya berpengaruh pada hormon-hormon yang dibutuhkan untuk proses ovulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus) betina. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Saintek Univesitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Februari sampai April 2010. Penilitian ini bersifat eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kali ulangan, apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Perlakuan yang digunakan adalah ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan dosis 0 mg/kg BB, 125 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB. Hewan yang digunakan adalah mencit betina fertil sebanyak 24 ekor. Data hasil penelitian meliputi jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berpengaruh terhadap jumlah korpus luteum dan kebuntingan mencit (Mus musculus). Penelitian ini memperlihatkan bahwa ekstrak pegagan yang berpengaruh terhadap penurunan jumlah korpus luteum pada dosis 125 mg/kg BB dan semakin menurun pada dosis 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB. Pada mencit yang mendapat perlakuan dosis 125 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 275 mg/kg BB tidak ditemukan mencit yang bunting.