Gender dan Seksualitas Postkolonial dalam Novel Eka Kurniawan “Cantik Itu Luka”
Main Author: | Rahayu, Mundi |
---|---|
Format: | Proceeding NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uin-malang.ac.id/2486/2/2486.pdf http://repository.uin-malang.ac.id/2486/ |
Daftar Isi:
- Nilai-nilai kultural berkaitan dengan bagaimana ‘menjadi’ perempuan selalu menjadi tema yang menarik untuk disajikan, termasuk dalam fiksi prosa. Novel “Cantik itu Luka” karya Eka Kurniawan termasuk novel yang menarasikan tentang perempuan dan seksualitas, dengan latar masyarakat Indonesia (Jawa) jaman kolonial. Novel ini mengisahkan kehidupan seorang perempuan cantik keturunan Belanda yang menjadi pelacur dan ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika ia mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Maka bayi itupun lahir buruk rupa, meskipun secara ironik si Ibu, Dewi Ayu, memberi nama bayi itu Si Cantik. Novel ini menyoal konsep gender dan seksualitas dalam masyarakat dengan latar akhir jaman kolonial Belanda sampai awal era orde baru. Penjajahan dalam waktu yang lama menghasilkan masyarakat yang masih banyak menyimpan dan mempratikkan nilai-nilai atau karakteristik yang mempunyai benang merah dengan kolonialisme. Oleh karenanya, makalah ini akan membahas persoalan gender dan seksualitas yang dikonstruk dan dinegosiasikan dalam novel “Cantik itu Luka”. Pendekatan`postkolonialitas digunakan dalam menelisik karya sastra ini. Tokoh utama dalam novel ini, Dewi Ayu, menunjukkan bahwa perempuan bukan sekedar menggunakan tubuhnya untuk bertahan hidup dan eksis dalam masa-masa sulit. Sebagai perempuan, tokoh ini menggunakan sekaligus menegosiasikan ‘agensinya’ (yakni, kemampuan manusia untuk bertindak yang kemampuan ini dimediasi secara sosiokultural) untuk membangun identitas dirinya sebagai perempuan.