Cooperative learning dalam pembelajaran matematika
Main Author: | Abdussakir, Abdussakir |
---|---|
Format: | TeachingResource NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.uin-malang.ac.id/1728/7/1728.pdf http://repository.uin-malang.ac.id/1728/ |
ctrlnum |
1728 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.uin-malang.ac.id/1728/</relation><title>Cooperative learning dalam pembelajaran matematika</title><creator>Abdussakir, Abdussakir</creator><subject>130309 Learning Sciences</subject><description>Sebagian besar pembelajaran matematika tradisional berdasarkan pada transmisi, penyerapan dan penggerojokan pengetahuan. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif “menyerap” struktur matematika yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa (Clements & Battista, 2001).

Pandangan konstruktivis memberikan perbedaan yang tajam dan kontras terhadap pandangan tersebut. Prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivis menurut Clements & Battista (2001) adalah sebagai berikut:

[1] Pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Ide ini dapat diilustrasikan bahwa ide-ide matematika dibentuk oleh siswa, tidak sekedar ditemukan sebagai barang jadi atau diterima dari orang lain sebagai hadiah. Hal ini, senada dengan pendapat Orton (1992:163) bahwa materi dikonstruksi sendiri maknanya oleh siswa.

[2] Siswa mengkonstruk pengetahuan matematika dengan melakukan refleksi fisik dan mental, yaitu berbuat dan berpikir. Ide-ide dikonstruksi secara bermakna dengan cara diintegrasikan ke dalam struktur pengetahuan yang telah ada.

[3] Tidak ada realitas yang sebenarnya, siswa sendirilah yang membuat interpretasi mengenai dunia. Interpretasi ini dibentuk dengan pengalaman dan interaksi sosial. Jadi, belajar matematika harus berupa proses bukan hasil.

[4] Belajar adalah proses sosial. Ide-ide dan kebenaran matematika baik dalam penggunaan dan maknanya ditetapkan secara bersama oleh anggota suatu kelompok masyarakat (budaya).</description><date>2009-04-14</date><type>Document:TeachingResource</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>ind</language><identifier>http://repository.uin-malang.ac.id/1728/7/1728.pdf</identifier><identifier> Abdussakir, Abdussakir (2009) Cooperative learning dalam pembelajaran matematika. Disampaikan pada mata kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika, PGMI/Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 14 April 2009. (Unpublished) </identifier><recordID>1728</recordID></dc>
|
language |
ind |
format |
Document:TeachingResource Document PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview Book:Book Book |
author |
Abdussakir, Abdussakir |
title |
Cooperative learning dalam pembelajaran matematika |
publishDate |
2009 |
topic |
130309 Learning Sciences |
url |
http://repository.uin-malang.ac.id/1728/7/1728.pdf http://repository.uin-malang.ac.id/1728/ |
contents |
Sebagian besar pembelajaran matematika tradisional berdasarkan pada transmisi, penyerapan dan penggerojokan pengetahuan. Dalam pandangan ini, siswa secara pasif “menyerap” struktur matematika yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar penyampaian fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa (Clements & Battista, 2001).
Pandangan konstruktivis memberikan perbedaan yang tajam dan kontras terhadap pandangan tersebut. Prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivis menurut Clements & Battista (2001) adalah sebagai berikut:
[1] Pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Ide ini dapat diilustrasikan bahwa ide-ide matematika dibentuk oleh siswa, tidak sekedar ditemukan sebagai barang jadi atau diterima dari orang lain sebagai hadiah. Hal ini, senada dengan pendapat Orton (1992:163) bahwa materi dikonstruksi sendiri maknanya oleh siswa.
[2] Siswa mengkonstruk pengetahuan matematika dengan melakukan refleksi fisik dan mental, yaitu berbuat dan berpikir. Ide-ide dikonstruksi secara bermakna dengan cara diintegrasikan ke dalam struktur pengetahuan yang telah ada.
[3] Tidak ada realitas yang sebenarnya, siswa sendirilah yang membuat interpretasi mengenai dunia. Interpretasi ini dibentuk dengan pengalaman dan interaksi sosial. Jadi, belajar matematika harus berupa proses bukan hasil.
[4] Belajar adalah proses sosial. Ide-ide dan kebenaran matematika baik dalam penggunaan dan maknanya ditetapkan secara bersama oleh anggota suatu kelompok masyarakat (budaya). |
id |
IOS3710.1728 |
institution |
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang |
affiliation |
onesearch.perpusnas.go.id mill.onesearch.id fkp2tn.onesearch.id ptki.onesearch.id |
institution_id |
114 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang |
library_id |
504 |
collection |
Research Repository UIN Maulana Malik Ibrahim Malang |
repository_id |
3710 |
subject_area |
Engineering/Ilmu Teknik Islam and Social Sciences/Islam dan Ilmu-ilmu Sosial |
city |
MALANG |
province |
JAWA TIMUR |
shared_to_ipusnas_str |
1 |
repoId |
IOS3710 |
first_indexed |
2017-07-11T03:42:08Z |
last_indexed |
2022-10-21T08:09:23Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1763282106284244992 |
score |
17.538404 |