Jokowi dalam pemberitaan media Pro-Prabowo: Kajian analisis wacana kritis

Main Author: Agwin, Degaf
Other Authors: Sudibyo, Sudibyo, Awla, Akbar Ilma
Format: BookSection NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: Departemen Bahasa dan Sastra, Program Studi Sastra Indonesia, Program Studi S3 Pengkajian Amerika, Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan HISKI (Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia) Komisariat UGM bekerjasama dengan Penerbit Interlude, 2016, Yogyakarta , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.uin-malang.ac.id/1683/2/1683.pdf
http://repository.uin-malang.ac.id/1683/
Daftar Isi:
  • Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana Jokowi digambarkan oleh media yang pro kepada Prabowo pada pemilihan Presiden 2014 lalu dengan menggunakan pendekatan analisis wacana berparadigma kritis (Critical Discourse Analysis) model van Dijk. Berdasarkan analisis data, diperoleh simpulan bahwa strategi derogasi dan eufemisasi digunakan dalam praktik berwacana (discursive practice). Derogasi dan eufemisasi sangat terkait dengan siapa yang oleh media dianggap sebagai pihak ‘kita’ dan ‘mereka’. Jokowi yang dianggap sebagai ‘mereka’ akan diberitakan secara negatif dengan menggunakan kata-kata derogatoris, sebaliknya, Prabowo yang dianggap sebagai ‘kita’ akan dipresentasikan secara positif dengan menggunakan kata-kata eufemistis. Media pro-Prabowo menggunakan kata-kata mengemis dan tidak amanah ketika memberitakan Jokowi. Sementara ketika memberitakan lawan politik Jokowi, media lebih memilih menggunakan gaya bahasa eufemisme seperti gotong royong dan keinginan masyarakat, untuk menggambarkan realitas yang sama yakni membuka rekening pengumpulan dana. Pelabelan positif pada pihak yang dianggap sebagai bagian dari ‘kita’ (positive self-presentation) dan siapa yang dianggap sebagai ‘mereka’ (negative other-presentation) diwujudkan melalui beberapa langkah diskursif tertentu. Dalam tulisan ini, ditemukan bahwa media pro-Prabowo menggunakan strategi pembebanan (burden), strategi permainan angka (number game), strategi pemuliaan diri (self-glorification), serta strategi pengajuan argumentasi otoritatif (authority) ketika memberitakan Jokowi.