Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 17.508 pulau besar dan kecil, memiliki garis pantai sepanjang ± 81.000 km dengan luas wilayah laut teritorial 5,7 juta km2 ditambah luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2, memiliki keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan bernilai ekonomis tinggi. Dalam upaya pengelolaan sumberdaya ikan, daerah penangkapan ikan terbagi kedalam sembilan wilayah pengelolaan perikanan (WPP), yaitu WPP 1 Perairan Selat Malaka, WPP 2 Perairan laut Natuna dan laut Cina Selatan, WPP 3 Perairan laut Jawa, WPP 4 Perairan selat Makassar dan laut Flores, WPP 5 Perairan Laut Banda, WPP 6 Perairan laut Seram dan laut Tomini, WPP 7 Perairan Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, WPP 8 perairan laut Arafura dan WPP 9 Perairan Samudera Hindia. Kota Singkawang merupakan salah satu kota di Kalimantan Barat yang letaknya sangat strategis karena berbatasan langsung dengan laut Natuna yang termasuk dalam wilayah pengelolaan II daerah penangkapan ikan, dengan tingkat pemanfaatan sumber daya laut yang dilakukan oleh nelayan setempat baru 28,96 persen dari potensi yang tersedia (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang, 2005). Kondisi perikanan tangkap di Kota Singkawang sebagian besar masih dalam bentuk usaha menengah dan kecil. Dari 438 buah armada yang bergerak dalam bidang perikanan tangkap, 75 persen berupa armada penangkapan dengan bobot kapal kurang dari 5 GT (Gross Tonase). Akibatnya, ruang gerak nelayan menjadi terbatas karena tidak mampu beroperasi lebih jauh sehingga konsentrasi daerah penangkapan (fishing ground) berada di perairan kurang dari 4 mil. Dari segi pola pemanfaatan ikan hasil tangkapan di Kota Singkawang umumnya masih dipasarkan untuk konsumsi dalam bentuk ikan segar, hanya sebagian kecil dalam bentuk olahan tradisional menjadi ikan asin dan terasi. Disamping itu, PPI Kuala sebagai sentra pengelolaan kegiatan perikanan tangkap di Kota Singkawang tidak dapat berfungsi dengan baik, karena mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur. Hal ini menyebabkan kapal-kapal ikan tidak dapat berlabuh dan bongkar muat di dermaga PPI, tapi berlabuh dan bongkar muat di tempat lain sepanjang pinggir sungai dengan dermaga sederhana yang dibuat secara swadaya bahkan ada sebagian diantara armada perikanan tangkap Kota Singkawang tidak lagi melakukan bongkar muat dan labuh di PPI Singkawang, tapi pindah ke PPI Selakau dan Pelabuhan Perikanan Pemangkat yang berada di luar wilayah Kota Singkawang. Hal-hal tersebut di atas menjadi kendala dalam pengembangan perikanan tangkap, sehingga perlu dicarikan strategi yang tepat untuk pengembangan perikanan tangkap di Kota Singkawang. Masalah perikanan tangkap di Kota Singkawang dirumuskan : (1) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang; (2) alternatif strategi apa saja yang dapat menunjang pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang; (3) strategi prioritas apa yang sesuai untuk pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang. Tujuan penelitian adalah (1) mengidentifikasi faktor-faktor kritis internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang; (2) merumuskan alternatif strategi dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang; (3) menentukan strategi prioritas yang sesuai untuk pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang. Penelitian dilakukan di Kota Singkawang pada bulan Februari sampai April 2006. Penelitian menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh baik faktor internal maupun faktor eksternal terhadap pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang Propinsi Kalimantan Barat. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi langsung, wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder berasal dari dari studi kepustakaan pada instansi terkait berupa peraturan perundang-undangan, data produksi dan potensi perikanan yang bersumber dari literatur, laporan, jurnal dan dokumen lainnya yang terkait dengan agribisnis perikanan tangkap. Pengambilan contoh untuk pengisian kuesioner dilaksanakan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu memilih secara sengaja sampel yang dijadikan responden. Responden dikelompokkan menjadi dua kategori, pertama responden (focus group) untuk identifikasi faktor lingkungan strategis internal dan eksternal serta perumusan alternatif strategi Pengembangan Agribisnis Perikanan Tangkap, kedua responden untuk analisis faktor lingkungan strategis internal, eksternal (IFE, EFE) dan penentuan strategi prioritas dalam pengembangan perikanan tangkap di Kota Singkawang menggunakan AHP. Faktor-faktor lingkungan strategis yang berpengaruh dan menentukan keberhasilan pengembangan agribisnis perikanan tangkap, terdiri dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor-faktor internal kekuatan yang dimiliki Kota Singkawang untuk pengembangan agribisnis perikanan tangkap, yaitu : (1) potensi sumberdaya ikan laut; (2) kebijakan dan komitmen pemerintah; (3) ketersediaan tenaga kerja perikanan; (4) Koordinasi antar instansi terkait. Sedangkan faktor-faktor kelemahannya adalah : (1) Modal usaha nelayan; (2) sarana dan prasarana; (3) SDM aparat dan nelayan; (4) penguasaan teknologi dan informasi. Faktor-faktor eksternal peluang yang mempengaruhi pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang, yaitu : (1) permintaan ikan (2) kebijakan pemerintah pusat; (3) menarik investasi; (4) kredit usaha perikanan. Sedangkan faktor-faktor ancamannya yaitu : (1) tingginya harga BBM; (2) penggunaan bahan pengawet non pangan pada produk perikanan; (3) sistem ijon dikalangan nelayan; (4) konflik antar nelayan. Hasil evaluasi faktor lingkungan internal diperoleh total skor sebesar 2,298. Hal tersebut menunjukan bahwa saat ini kondisi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap lemah secara internal. Oleh karena itu strategi alternatif yang ditentukan harus berorientasi pada upaya untuk meminimalkan kelemahan atau merubah kelemahan supaya menjadi kekuatan. Sedangkan hasil evaluasi lingkungan eksternal diperoleh total skor sebesar 2,459, artinya strategi yang dijalankan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang saat ini merospon secara rata-rata faktor peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal serta Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang 2004-2008, maka dengan menggunakan alat bantu Matriks SWOT forum diskusi dengan focus group merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang yaitu : 1) Penguatan modal usaha, 2) Membangun kemitraan usaha antara nelayan dengan pengusaha swasta, 3) Mengembangkan sarana prasarana perikanan, dan 4) Meningkatkan sumberdaya manusia perikanan. Pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang dapat dilakukan melalui beberapa strategi. Pembobotan alternatif strategi yang telah dilakukan terhadap tujuan, didapatkan urutan prioritas dari empat alternatif strategi yang layak dipertimbangkan dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap di Kota Singkawang. Strategi prioritas pertama adalah penguatan modal usaha, strategi prioritas kedua adalah membangun kemitraan usaha, strategi prioritas ketiga adalah peningkatan sarana dan prasarana dan strategi prioritas ke empat adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia perikanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alternatif strategi yang paling diprioritaskan adalah penguatan modal usaha. Oleh karena itu perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai skema permodalan usaha perikanan tangkap dan perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik mengenai strategi pengembangan kemitraan.