Daftar Isi:
  • Reksadana saham adalah instrumen investasi berbasis saham yang menawarkan fitur diversifikasi untuk investor guna meningkatkan unique risk, sehingga risiko yang diterima lebih rendah daripada investasi saham langsung ke pasar modal. Oleh karena itu, investasi ke dalam reksadana saham terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, pada periode penelitian 2011 – 2014, peningkatan ini tidak disertai dengan hasil (return) yang baik, cenderung menyerupai IHSG. Oleh karena hal tersebut, maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian: (1.) Mengukur kinerja dengan tolak ukur kemampuan penyesuaian risk-return dengan Treynor serta Sharpe ratio, (2.) Mengukur selektivitas saham dengan Jensen’s alpha serta Fama net selectivity, dan (3.) Mengukur market timing dengan model Treynor-Mazuy serta Henriksson-Merton. Penelitian akan dilakukan dengan data yang terlebih dahulu diolah dengan kaedah ekonometrika. Berdasarkan pengukuran Treynor dan Sharpe yang dibandingkan dengan IHSG, terdapat 24 dan 10 produk yang memiliki kinerja lebih baik daripada IHSG. Selain itu, terlihat adanya diversifikasi yang tidak optimal. Untuk selektivitas saham, pengukuran dengan Jensen dan Fama menghasilkan 24 dan 10 produk positif. Lebih lanjut, pengamatan pada komposisi efek yang dipegang menunjukkan hasil yang hampir serupa antar satu dengan yang lain. Terakhir, market timing yang akan diukur dengan HM dan TM, setelah diuji White heteroscedastic, ditemukan 4 produk di HM dan 2 produk di TM yang dapat diolah dengan OLS, sisanya pada produk lain yang diuji dengan LM ARCH menunjukkan adanya signifikansi pada lag yang cukup panjang, sehingga pengolahan selanjutnya dilakukan dengan GARCH. Hasilnya, pada model TM menunjukkan 22 produk memiliki gamma positif dengan 13 signifikan, sedangkan model HM menunjukkan 18 produk memiliki gamma positif dengan 8 signifikan. Selain mengukur market timing, stock selectivity juga terukur dalam kedua model ini. Model TM menunjukkan 16 produk yang memiliki alpha positif dengan 1 signifikan. Model HM menunjukkan 20 produk yang memiliki alpha positif dengan 4 signifikan. Kemampuan market timing yang ditunjukkan sendiri tidaklah optimal. Hal ini terlihat karena pengaruh return yang dihasilkan lebih banyak merupakan sumbangsih daripada selektivitas saham saja. Untuk OJK, penelitian ini diharapkan mampu menjadi gambaran kinerja reksadana di Indonesia. OJK diharapkan mampu memelihara pasar modal, dengan menerapkan regulasi-regulasi tertentu, serta juga mampu memberikan edukasi kepada calon investor. Untuk calon investor, penelitian ini dapat dijadikan acuan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan fund fact sheet yang diperlihatkan. Untuk manajer investasi, pelatihan dirasa sangat perlu, baik dalam analisis saham sebagai bahan komposisi portofolio ataupun perhitungan untuk melakukan market timing.