Perencanaan strategik PT Liza Herbal Internasional
Main Author: | Kurniawan, Asep Indra |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.sb.ipb.ac.id/1857/1/E29-01-Asep-Cover.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1857/2/E29-02-Asep-Abstrak.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1857/3/E29-03-Asep-RingkasanEksekutif.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1857/4/E29-04-Asep-DaftarIsi.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1857/5/E29-05-Asep-Pendahuluan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1857/ http://elibrary.mb.ipb.ac.id |
Daftar Isi:
- Di zaman teknologi kesehatan modern seperti sekarang ini, bermacam-macam produk kimia banyak beredar, tersedia, dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Namun produk- produk tersebut sering kali memiliki efek samping bagi kesehatan tubuh manusia. Dengan disadarinya bahaya penggunaan bahan kimia secara terus menerus dan berlebihan, masyarakat internasional mulai beralih ke arah penggunaan produk- produk alami dan organik yang tidak berbahaya untuk tubuh manusia. Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berlimpah yaitu keanekaragaman hayati kedua terbesar di dunia dan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia. Saat ini 940 spesies tanaman di Indonesia berkhasiat sebagai obat dan 180 spesies telah digunakan dalam ramuan obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia. Nilai ekonomi jamu (herbal) pada tahun 2008 mencapai angka Rp. 7.2 Triliun padahal di tahun 2007 baru sekitar Rp. 3 triliun. Pada tahun 2010 target jamu (herbal) diproyeksi dapat mencapai Rp. 10 triliun. Adanya peluang pasar yang makin baik menyebabkan bermunculan produk jamu (herbal). PT. Liza Herbal International (LHI) adalah perusahaan produsen obat herbal dengan kualifikasi Jamu terdaftar di Badan POM dengan merek “Dr. Liza” didirikan di Bogor pada bulan Maret tahun 2005 memiliki slogan “Be Healthy With Herbs”, Jalani Hidup Sehat Dengan Herbal. LHI telah memproduksi jamu herbal dalam bentuk kapsul, teh seduh, teh celup, dan minuman tradisional bandrek dengan merek StarBandrek. Produk- produk LHI telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Dinas Kesehatan (Din Kes), Majelis Ulama Indonesia (Halal MUI) dan pengetesan di Laboratorium IPB Bogor. Persaingan di industri jamu dan herbal semakin kompetitif dengan masuknya banyak pendatang baru, agar perusahaan dapat tumbuh dan mampu bersaing di era global harus memiliki perencanaan strategik yang baik. Permasalahan yang dihadapi LHI sebagai perusahaan baru adalah LHI belum memiliki perencanaan strategik sehingga perlu disusun untuk pengembangan bisnis kedepan, LHI memerlukan pengembangan Visi dan Misi, LHI perlu mengidentifikasi harapan stakeholders, LHI perlu mengidentifikasi faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pengembangan bisnis kedepan, LHI perlu merumuskan tujuan dan sasaran strategik, LHI perlu merencanakan posisi masa depan dan membuat formulasi alternatif strategi untuk mencapainya, LHI perlu menetapkan prioritas strategi, dan sesuai dengan tantangan perusahaan LHI perlu merumuskan Strategic Action Plan. Tujuan penelitian ini adalah menyusun perencanaan strategik LHI untuk pengembangan bisnis ke depan, mengembangkan visi dan misi LHI, mengidentifikasi harapan stakeholders LHI, mengidentifikasi faktor eksternal dan internal bisnis LHI, merumuskan tujuan dan sasaran strategik LHI, merencanakan posisi masa depan LHI dan membuat formulasi alternatif strategi untuk mencapainya, menentukan prioritas strategi yang akan dijalankan, dan merumuskan rencana aksi strategis (Strategic Action Plan) sesuai dengan tantangan LHI ke depan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada dengan model pendekatan studi kasus. Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan fakta dan populasi dari suatu permasalahan tertentu pada suatu perusahaan atau organisasi atau lingkungan secara faktual dan sistematis. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan melalui hasil Focus Group Discussion (FGD) wawancara maupun kuisioner dengan seluruh Tim Manajemen LHI. Teknik pengolahan data menggunakan teknik rentang kriteria, Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal, Matriks I/E. Matriks TOWS, dan Matriks QSPM. Hasil perumusan visi dan misi LHI menghasilkan visi “menjadi perusahaan herbal alami yang terintegrasi, modern, inovatif, dan terpercaya menjadi mitra masyarakat luas dalam menjalani hidup sehat secara alami” dan misi “Ikut berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat luas melalui pengembangan produk dan jasa herbal alami yang inovatif serta meningkatkan pengetahuan, penghargaan, dan penggunaan herbal alami khas Indonesia”. Harapan stakeholders terdiri dari peningkatan keuntungan, kelangsungan dan pengembangan bisnis, jaminan kualitas produk, harga kompetitif, peningkatan infrastruktur dan pelayanan, dan nilai tambah sosial untuk masyarakat. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan bisnis LHI terdiri dari peluang berupa perkembangan trend gaya hidup, kepercayaan masyarakat terhadap herbal, pertumbuhan kebutuhan bahan aktif, perkembangan teknologi informasi, dan kenaikan harga produk/ bahan impor dengan ancaman berupa pasokan bahan baku herbal langka, banyak industri sejenis, sulitnya pengurusan izin edar, impor produk herbal terbuka, dan inflasi tinggi daya beli rendah. Faktor internal berupa kekuatan terdiri dari kompetensi dan komitmen manajemen, izin edar lengkap, teknologi produksi sendiri, kemampuan litbang yang kuat, dan memiliki brand sendiri dengan kelemahan berupa keterbatasan jaringan pemasaran, mesin produksi belum full otomatis, jenis dan variasi produk terbatas, modal kerja dan investasi terbatas, dan layout dan luasan pabrik belum memenuhi syarat GMP. Tujuan strategik yang ditetapkan berdasarkan visi, misi, harapan stakeholders, analisa faktor eksternal dan internal adalah meningkatkan keuntungan perusahaan, mengembangkan jaringan pemasaran efektif, meningkatkan pelayanan dan kualitas produk, mengembangkan kompetensi perusahaan, dan memberikan kontribusi positif kepada para stakeholders. Posisi LHI saat ini berdasarkan Matriks I/E adalah padal Sel V dan posisi masa depan LHI pada tahun 2014 diharapkan pada Sel I sehingga strategi generiknya adalah strategi intensif dan strategi integrasi dalam rangka tumbuh dan berkembang. Matriks TOWS sejalan dengan strategi generik tersebut menghasilkan formulasi alternatif strategi yaitu strategi peningkatan kualifikasi dan kompetensi perusahaan, strategi membangun kemitraan strategis, strategi peningkatan kapasitas dan infrastruktur produksi, strategi peningkatan pemasaran, dan strategi peningkatan pelayanan dan kualitas. Melalui Matriks QSPM, prioritas strateginya berturut-turut adalah peningkatan pemasaran, peningkatan pelayanan dan kualitas produk, peningkatan kapasitas dan infrastruktur produksi, peningkatan kompetensi dan kualifikasi, dan membangun kemitraan strategis. Tantangan yang dihadapi oleh LHI dalam mencapai posisi yang diharapkan terdiri dari pemasaran, kualitas, kompetensi/ kualifikasi, infrastruktur, dan modal/ investasi. Seluruh strategi tersebut dituangkan kedalam suatu suatu rancangan strategic action plan yang terdiri dari program atau kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategik melalui setiap strategi. Program dan kegiatan tersebut terdiri dari program peningkatan penjualan, efektifitas penggunaan biaya, perluasan jaringan pemasaran, optimasi pemanfaatan teknologi informasi, penyiapan SDM dan infrastruktur pelayanan, customer partnership program, penyiapan tim quality control, penurunan delivery time, penambahan kapasitas produksi, penambahan alat dan mesin, pembentukan line production system (LPS), perluasan dan renovasi pabrik, peningkatan kualifikasi produk, penyiapan tim research, development, dan innovation, penyiapan sertifikasi Good Manufacturing Practice dan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, program kemitraan strategis dengan petani, peningkatan partisipasi akademik, lembaga pemerintah, dan masyarakat, dan program zero environment and ethical violation.