Strategi pengembangan pasar ikan higienis terpadu jogja Fish Market
Main Author: | Suryaningsih, Nani |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2009
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.sb.ipb.ac.id/1854/1/R39-01-Nani-Cover.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1854/2/R39-02-Nani-Abstrak.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1854/3/R39-03-Nani-RingkasanEksekutif.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1854/4/R39-04-Nani-DaftarIsi.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1854/5/R39-05-Nani-Pendahuluan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1854/ http://elibrary.mb.ipb.ac.id |
Daftar Isi:
- Perkembangan zaman menuntut peningkatan kualitas mutu produk perikanan sebagai syarat mutlak bagi perlindungan konsumen. Pasar Ikan Higienis (PIH) merupakan sebuah prasarana yang digunakan untuk menjual produk perikanan dengan sistem kerja yang memprioritaskan kualitas produk. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah yang diberi wewenang oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk mendirikan PIH. Pelaksanaan pembangunan PIH di DIY dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta yang dikenal dengan nama Pasar Ikan Higienis Terpadu Jogja Fish Market (PIHT JFM). Pembangunan PIHT JFM dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Yogyakarta akan produk perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal PIHT JFM, memformulasikan alternatif strategi pengembangan, serta menentukan prioritas strategi dan kebijakan pengembangan yang dapat diterapkan di PIHT JFM. Penelitian dilakukan di Yogyakarta karena PIHT JFM akan dijadikan ikon perikanan di DIY yang memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan konsumsi produk perikanan di Kota Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2009. Penelitian dilakukan dengan pendekatan survei melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi permasalahan yang dihadapi, kegiatan yang dilakukan PIHT JFM dan kondisi sumberdaya yang dimiliki PIHT JFM. Data primer diperoleh dari kepala operasional PIHT JFM, bagian produksi dan pemasaran PIHT JFM. Data eksternal diperoleh dari Kantor Pertanian dan Kehewanan Kota Yogyakarta (Dinas Pertanian Kota Yogyakarta saat ini), Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla)Yogyakarta, akademisi, masyarakat, pengunjung, media elektronik, perpustakaan, dan publikasi. Data sekunder yang diambil adalah visi dan misi PIHT JFM, rencana pengembangan PIHT JFM, kondisi geografis PIHT JFM dan informasi terkait PIHT JFM secara umum. Responden untuk analisis faktor internal adalah kepala operasional PIHT JFM, bagian produksi dan pemasaran PIHT JFM. Sedangkan untuk responden faktor eksternal adalah Dinas Pertanian Kota Yogyakarta, Diskanla, akademisi, masyarakat dan pengunjung. Jumlah responden pengunjung yang diambil dalam penelitian ini adalah 15 orang yang merupakan 30 persen dari rata-rata pengunjung PIHT JFM dengan jumlah 50 orang, sedangkan untuk responden masyarakat (non pengunjung) berjumlah 10 orang. Jumlah tersebut dianggap telah mewakili informasi yang diperlukan peneliti dalam melakukan perumusan strategi pengembangan PIHT JFM. Faktor internal dan eksternal secara kuantitatif dianalisis melalui matriks IFE dan EFE, yang hasilnya digunakan untuk penyusunan formulasi strategi menggunakan analisis SWOT. Melalui analisis SWOT akan menghasilkan beberapa alternatif strategi. Strategi yang dihasilkan dalam SWOT diberikan penilaian melalui analisis QSPM untuk mendapatkan strategi yang diprioritaskan. Berdasarkan hasil penelitian, faktor internal yang menjadi kekuatan terkait dengan pengembangan PIHT JFM adalah : (1) Adanya kerjasama PIHT JFM dengan pihak pemasok ikan; (2) Adanya kerjasama PIHT JFM dengan Dinas Pertanian Kota Yogyakarta dan Diskanla dalam mengembangkan PIHT JFM; (3) Mutu produk perikanan yang masih segar dan berkualitas tinggi; (4) Adanya fasilitas pendukung, seperti restoran, swalayan area pemancingan, taman bermain anak, dan ketersediaan lahan kosong yang masih dapat dimanfaatkan; (5) Ketersediaan pasokan produk perikanan. Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan adalah : (1) Tingkat pengetahuan dan ketersediaan SDM berkualitas yang masih rendah; (2) Keterbatasan teknologi pengolahan hasil perikanan di PIHT JFM; (3) Keterbatasan dana untuk pengembangan PIHT JFM; (4) Kurangnya keanekaragaman produk perikanan di PIHT JFM; (5) Belum adanya jaminan keamanan secara tertulis terhadap produk perikanan yang dijual di PIHT JFM. Berdasarkan penilaian, faktor internal yang sangat penting peranannya untuk mendukung pengembangan PIHT JFM adalah “Adanya kerjasama PIHT JFM dengan pemasok ikan” dengan perolehan bobot terbesar, yaitu 0,1130. Faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang terkait dengan pengembangan PIHT JFM adalah : (1) Adanya ketetapan pemerintah tentang persyaratan dan standar mutu produk; (2) Peningkatan pemberdayaan dan kesejahteraan nelayan dan petani ikan; (3) Peranan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengembangkan PIHT JFM; (4) Harapan masyarakat akan harga produk perikanan yang murah dan berkualitas; (5) Peranan akademisi dalam pengembangan PIHT JFM. Faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah : (1) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan PIHT JFM; (2) Keberadaan pesaing, seperti pasar tradisional dan pasar modern lainnya; (3) Ketakutan masyarakat akan kandungan berbahaya dalam produk perikanan (formalin, mercury); (4) Kondisi oseanografis yang berpengaruh terhadap kapasitas produksi hasil perikanan; dan (5) Keberadaan produk substitusi selain produk perikanan sebagai sumber protein. Berdasarkan hasil penilaian eksternal, faktor yang sangat penting peranannya bagi pengembangan PIHT JFM adalah “keberadaan pesaing, seperti pasar tradisional dan pasar moderen lainnya” dengan nilai bobot terbesar, yaitu 0,1093. Alternatif strategi yang dihasilkan dalam analisis SWOT adalah: (1) Melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada pemasok produk perikanan; (2) Optimalisasi pemanfaatan fasilitas dan lahan yang masih kosong di PIHT JFM; (3) Mempertahankan kualitas produk dan harga yang terjangkau; (4) Meningkatkan kerjasama dan memperluas jaringan kerja dengan pelanggan; (5) Meningkatkan sosialisasi dan promosi PIHT JFM; (6) Membuat brand image produk perikanan yang dapat dijadikan ciri khas PIHT JFM; (7) Melakukan kerjasama dengan investor untuk memberikan kemudahan dalam perolehan dana pengembangan usaha PIHT JFM; (8) Meningkatkan kerjasama dengan stakeholders yang berkepentingan dengan produksi, penanganan, dan pengolahan ikan, seperti Diskanla, akademisi, pakar, dan penyuluh perikanan; serta (9) Melakukan sertifikasi jaminan keamanan terhadap produk perikanan yang dijual di PIHT JFM. Berdasarkan analisis QSPM, prioritas strategi untuk pengembangan PIHT JFM adalah meningkatkan kerjasama dengan stakeholders yang berkepentingan dengan produksi, penanganan, dan pengolahan ikan, seperti Diskanla, akademisi, pakar dan penyuluh perikanan dengan nilai TAS paling besar, yaitu 5,5901. Melalui prioritas strategi yang diperoleh, kebijakan dan program kerja yang direkomendasikan dapat diwujudkan dalam implikasi manajerial, yaitu: (1) Melakukan pembinaan dan penyuluhan mengenai penanganan dan pengolahan ikan yang baik, untuk mempertahankan kualitas mutu dan meningkatkan nilai tambah terhadap produk perikanan; (2) Pemberian informasi mengenai standar keamanan produk dan inovasi produk perikanan yang up to date; dan (3) Turut membantu upaya promosi dan sosialisasi untuk mendukung program pemerintah tentang Gemarikan.