Model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima di program diploma tiga usaha perjalanan wisata - hijau
Main Author: | Silitonga, Parlugutan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/1/6DM-01-Parlagutan-Cover.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/2/6DM-02-Parlagutan-Summary.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/3/6DM-03-Parlagutan-Ringkasan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/4/6DM-04-Parlagutan-Daftarisi.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/5/6DM-05-Parlagutan-Pendahuluan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/ http://elibrary.mb.ipb.ac.id |
ctrlnum |
1645 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/</relation><title>Model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima di program diploma tiga usaha perjalanan wisata - hijau</title><creator>Silitonga, Parlugutan</creator><subject>Manajemen Sumber Daya Manusia</subject><description>Sekitar tahun 1740-an di Inggris Raya dan Eropa dikenal istilah Grand Tour. Grand tour artinya perjalanan yang cukup panjang tetapi bersifat menyenangkan untuk tujuan pendidikan dan kebudayaan (Pitana dan Diarta 2009.
Menurut Pitana dan Diarta, di Indonesia kegiatan wisata ini sudah ada sejak 1910-an. Kegiatan wisata in i dilakukan oleh Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV). VTV merupakan Badan Pariwisata Pemerintah di Batavia yang bertindak sebagai tour operator dan travel agent yang belakangan ini dikenal dengan nama Tours and Travel atau Usaha Perjalanan Wisata (UPW). Kepariwisataan Indonesia berkembang pesat setelah diselenggarakan konferensi Pacific Area Travel Association (PATA) pada tahun 1974 di Jakarta.Perkembangan pariwisata Indonesia sejajar dengan perkembangan pariwisata di kawasan Negara anggota
Association of South East Asian Nations (ASEAN). Kedatangan wisatawan kekawasan ASEAN pada tahun 2009 sebesar 65 juta jiwa, Indonesia meraih pangsa pasar sebesar 9.80 persen (ASEAN 2010). Pertumbuhan pariwisata ini menuntut ketersediaan sumber daya manusia yang trampil dalam penelitian ini dibatasi pada usaha perjalanan wisata.
Menurut Becker (1962) modal manusia (human capital) dapat dibangun melalui pendidikan dan pelatihan. Becker juga menyatakan perlunya pemagangan on the job training di perusahaan dan off the job training di kampus. Schultz (1961) pada kesimpulan akhir penelitiannya menyampaikan bahwa gambaran perekonomian Amerika Serikat bertumbuh dahsyat, disebabkan modal manusia
yang dikembangkan dengan efektif.Menurut Shimer (2005), pelatihan dan pendidikan dimaksud harus sesuai kebutuhan para pengguna,atau dunia usaha.
International Labour Oranization (ILO 1999) mendeklarasikan pentingnya Kerangka Kualifikasi Nasional sebagai solusi pengembangan modal manusia. Pemerintah Indonesia menyadari hal ini dengan mengundangkan KKNI melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012. Penelitian ini berfokus pada permasalahan kesesuaian matakuliah keahlian berkarya, kesesuaian kompetensi lulusan,kesesuaian lembaga sertifikasi memastikan capaian program diploma tiga usaha perjalanan wisata-hijau dan model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima.
Penelitian ini mempunyai 4 tujuan utama yaitu: 1) menganalisis Kesesuaian kurikulum matakuliah keahlian berkarya(MKB)dengan kompetensi kualifikasi jenjang lima. (2). Menganalisis kesesuaian kompetensi Lulusan dengan kualifikasi jenjang lima.(3).Menganalisis lembaga sertifikasi yang sesuai untuk memastikan kompetensi lulusan.(4).Menyusun model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima usaha perjalanan wisata-hijau.
Metodologi penelitian ini terdiri atas metode kuantitatif dan kualitatif.Metode kuantitatif menggunakan analisis korelasi Spearman. Metode kualitatif menggunakan analytic network process(ANP)dan soft system methodology. 
Guna menjawab tujuan pertama dilakukan focus group discussion(FGD)dengan 14orang responden perusahaan pengguna. Untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga, jumlah responden terdiri dari 44 orang dosen dan 78 orang alumni dan analisis situasional. Guna menjawab tujuan keempat, softy system methodology menggunakan hasil ANP.Dilanjutkan dengan proses transpformasi root definition,
rich picture, FGD dan face validation untuk memastikan kesesuaian model.
Sesuai analisis, ada matakuliah yang tidak tepat yang dapat digantikan dengan matakuliah lain yang relevan guna membentuk kualifikasi jenjang lima yang mencakup pariwisata-hijau sesuai kecendrungan pilihan wisatawan di masa depan Hasil analisis korelasi rank Spearman sebesar 0.464 dengan tingkat signifikan sebesar 0.00. Artinya ada hubungan yang nyata pada kategori sedang 
antara akreditasi dengan perolehan kompetensi setara jenjang lima.Rentangan alumni yang mengaku kompeten setara kualifikasi jenjang lima dari 23.81 persen sampai 92.86 persen dari PTPS yang belum terakreditasi sampai yang
terakreditasi A. Namun demikian, alumni yang telah diberi tangggung jawab setara kualifikasi jenjang lima hanya 70 persen dari yang terakreditasi A. 
Sementara yang lainnya jauh di bawah 70 persen dan tidak satu orangpun yang dapat membuktikan telah memiliki bukti kompetensi kualifikasi jenjang lima.
Lembaga Sertifikasi Profesi(LSP) Pihak Pertama diperlukan di kampus Selama proses pembelajaran. Namun pada akhir semester lima dibutuhkan kolaborasi dengan LSP Pihak Ketiga. Hasil korelas i rank Spearman sebesar -0.383 (sign.=0.018). Artinya ada hubungan nyata yang negative pada kategori Rendah antara akreditasi dengan kepemilikan LSP pihak pertama. Artinya, Semakin tinggi akreditasi semakin tidak diperlukan lembaga sertifikasi. 
Sementara pelaksanaan kerjasama dengan LSP pihak ketiga dengan korelasirank Spearman sebesar - 0.104 (sign.=0.535). Artinya tidak ada hubungan 
nyata dan negative pada kategori sangat rendah antara status akreditasi dengan adanya kerjasama dengan LSP pihak ketiga.Hasil ANP diperoleh ada 12 strategi yang diprioritaskan paka tiap kelompok.Prioritas ini digunakan menyusun model dengan soft system methodology. Disusun root definition, bahwa sistim skema sertifikasi yang melibatkan mahasiswa dan emerintah pada perguruan tinggi 
yang memiliki kurikulum pariwisata-hijau agar menghasilkan lulusan kompeten kualifikasi jenjang lima melalui konsistensi, imparsialitas, manajemen efektif dan holistik. Dari root definion inidisusun gambaran luas sistim skema sertifikasi Rich piture) melalui logical thinking process. Model ditemukan dengan melibatkan Sembilan elemen dan keterkaitan antar elemen.Pelaksanaan 
sistem skema sertifikasi ini seharusnya didukung para pihak mulai dari instansi Kementerian Pariwisata dan Badan Nasional Sertifikasi untuk menyusun dan 
menetapkan skema sertifikasi jenjang lima. Pada akhirnya disarankan agar Kementerian Tenaga Kerja dapat memberikan pedoman rekrutmen dan remunerasi berbasis kualifikasi untuk memberikan motivasi dan kepastian manfaat kualifikasi jenjang lima usaha perjalanan wisata-hijau.Implikasinya memerlukan perubahan aturan pada Kementerian Pendidikan dan Tenaga kerja.
Sesuai dengan keterbatasan penelitian ini, disarankan agar penetian lanjutan pada jenjang enam dapat dilakukan.
</description><date>2013</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/1/6DM-01-Parlagutan-Cover.pdf</identifier><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/2/6DM-02-Parlagutan-Summary.pdf</identifier><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/3/6DM-03-Parlagutan-Ringkasan.pdf</identifier><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/4/6DM-04-Parlagutan-Daftarisi.pdf</identifier><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/5/6DM-05-Parlagutan-Pendahuluan.pdf</identifier><identifier> Silitonga, Parlugutan (2013) Model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima di program diploma tiga usaha perjalanan wisata - hijau. Doctoral thesis, Institut Pertanian Bogor. </identifier><relation>http://elibrary.mb.ipb.ac.id</relation><recordID>1645</recordID></dc>
|
language |
eng |
format |
Thesis:Thesis Thesis PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview Book:Book Book |
author |
Silitonga, Parlugutan |
title |
Model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima di program diploma tiga usaha perjalanan wisata - hijau |
publishDate |
2013 |
topic |
Manajemen Sumber Daya Manusia |
url |
http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/1/6DM-01-Parlagutan-Cover.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/2/6DM-02-Parlagutan-Summary.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/3/6DM-03-Parlagutan-Ringkasan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/4/6DM-04-Parlagutan-Daftarisi.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/5/6DM-05-Parlagutan-Pendahuluan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1645/ http://elibrary.mb.ipb.ac.id |
contents |
Sekitar tahun 1740-an di Inggris Raya dan Eropa dikenal istilah Grand Tour. Grand tour artinya perjalanan yang cukup panjang tetapi bersifat menyenangkan untuk tujuan pendidikan dan kebudayaan (Pitana dan Diarta 2009.
Menurut Pitana dan Diarta, di Indonesia kegiatan wisata ini sudah ada sejak 1910-an. Kegiatan wisata in i dilakukan oleh Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV). VTV merupakan Badan Pariwisata Pemerintah di Batavia yang bertindak sebagai tour operator dan travel agent yang belakangan ini dikenal dengan nama Tours and Travel atau Usaha Perjalanan Wisata (UPW). Kepariwisataan Indonesia berkembang pesat setelah diselenggarakan konferensi Pacific Area Travel Association (PATA) pada tahun 1974 di Jakarta.Perkembangan pariwisata Indonesia sejajar dengan perkembangan pariwisata di kawasan Negara anggota
Association of South East Asian Nations (ASEAN). Kedatangan wisatawan kekawasan ASEAN pada tahun 2009 sebesar 65 juta jiwa, Indonesia meraih pangsa pasar sebesar 9.80 persen (ASEAN 2010). Pertumbuhan pariwisata ini menuntut ketersediaan sumber daya manusia yang trampil dalam penelitian ini dibatasi pada usaha perjalanan wisata.
Menurut Becker (1962) modal manusia (human capital) dapat dibangun melalui pendidikan dan pelatihan. Becker juga menyatakan perlunya pemagangan on the job training di perusahaan dan off the job training di kampus. Schultz (1961) pada kesimpulan akhir penelitiannya menyampaikan bahwa gambaran perekonomian Amerika Serikat bertumbuh dahsyat, disebabkan modal manusia
yang dikembangkan dengan efektif.Menurut Shimer (2005), pelatihan dan pendidikan dimaksud harus sesuai kebutuhan para pengguna,atau dunia usaha.
International Labour Oranization (ILO 1999) mendeklarasikan pentingnya Kerangka Kualifikasi Nasional sebagai solusi pengembangan modal manusia. Pemerintah Indonesia menyadari hal ini dengan mengundangkan KKNI melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012. Penelitian ini berfokus pada permasalahan kesesuaian matakuliah keahlian berkarya, kesesuaian kompetensi lulusan,kesesuaian lembaga sertifikasi memastikan capaian program diploma tiga usaha perjalanan wisata-hijau dan model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima.
Penelitian ini mempunyai 4 tujuan utama yaitu: 1) menganalisis Kesesuaian kurikulum matakuliah keahlian berkarya(MKB)dengan kompetensi kualifikasi jenjang lima. (2). Menganalisis kesesuaian kompetensi Lulusan dengan kualifikasi jenjang lima.(3).Menganalisis lembaga sertifikasi yang sesuai untuk memastikan kompetensi lulusan.(4).Menyusun model pengembangan modal manusia kualifikasi jenjang lima usaha perjalanan wisata-hijau.
Metodologi penelitian ini terdiri atas metode kuantitatif dan kualitatif.Metode kuantitatif menggunakan analisis korelasi Spearman. Metode kualitatif menggunakan analytic network process(ANP)dan soft system methodology.
Guna menjawab tujuan pertama dilakukan focus group discussion(FGD)dengan 14orang responden perusahaan pengguna. Untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga, jumlah responden terdiri dari 44 orang dosen dan 78 orang alumni dan analisis situasional. Guna menjawab tujuan keempat, softy system methodology menggunakan hasil ANP.Dilanjutkan dengan proses transpformasi root definition,
rich picture, FGD dan face validation untuk memastikan kesesuaian model.
Sesuai analisis, ada matakuliah yang tidak tepat yang dapat digantikan dengan matakuliah lain yang relevan guna membentuk kualifikasi jenjang lima yang mencakup pariwisata-hijau sesuai kecendrungan pilihan wisatawan di masa depan Hasil analisis korelasi rank Spearman sebesar 0.464 dengan tingkat signifikan sebesar 0.00. Artinya ada hubungan yang nyata pada kategori sedang
antara akreditasi dengan perolehan kompetensi setara jenjang lima.Rentangan alumni yang mengaku kompeten setara kualifikasi jenjang lima dari 23.81 persen sampai 92.86 persen dari PTPS yang belum terakreditasi sampai yang
terakreditasi A. Namun demikian, alumni yang telah diberi tangggung jawab setara kualifikasi jenjang lima hanya 70 persen dari yang terakreditasi A.
Sementara yang lainnya jauh di bawah 70 persen dan tidak satu orangpun yang dapat membuktikan telah memiliki bukti kompetensi kualifikasi jenjang lima.
Lembaga Sertifikasi Profesi(LSP) Pihak Pertama diperlukan di kampus Selama proses pembelajaran. Namun pada akhir semester lima dibutuhkan kolaborasi dengan LSP Pihak Ketiga. Hasil korelas i rank Spearman sebesar -0.383 (sign.=0.018). Artinya ada hubungan nyata yang negative pada kategori Rendah antara akreditasi dengan kepemilikan LSP pihak pertama. Artinya, Semakin tinggi akreditasi semakin tidak diperlukan lembaga sertifikasi.
Sementara pelaksanaan kerjasama dengan LSP pihak ketiga dengan korelasirank Spearman sebesar - 0.104 (sign.=0.535). Artinya tidak ada hubungan
nyata dan negative pada kategori sangat rendah antara status akreditasi dengan adanya kerjasama dengan LSP pihak ketiga.Hasil ANP diperoleh ada 12 strategi yang diprioritaskan paka tiap kelompok.Prioritas ini digunakan menyusun model dengan soft system methodology. Disusun root definition, bahwa sistim skema sertifikasi yang melibatkan mahasiswa dan emerintah pada perguruan tinggi
yang memiliki kurikulum pariwisata-hijau agar menghasilkan lulusan kompeten kualifikasi jenjang lima melalui konsistensi, imparsialitas, manajemen efektif dan holistik. Dari root definion inidisusun gambaran luas sistim skema sertifikasi Rich piture) melalui logical thinking process. Model ditemukan dengan melibatkan Sembilan elemen dan keterkaitan antar elemen.Pelaksanaan
sistem skema sertifikasi ini seharusnya didukung para pihak mulai dari instansi Kementerian Pariwisata dan Badan Nasional Sertifikasi untuk menyusun dan
menetapkan skema sertifikasi jenjang lima. Pada akhirnya disarankan agar Kementerian Tenaga Kerja dapat memberikan pedoman rekrutmen dan remunerasi berbasis kualifikasi untuk memberikan motivasi dan kepastian manfaat kualifikasi jenjang lima usaha perjalanan wisata-hijau.Implikasinya memerlukan perubahan aturan pada Kementerian Pendidikan dan Tenaga kerja.
Sesuai dengan keterbatasan penelitian ini, disarankan agar penetian lanjutan pada jenjang enam dapat dilakukan.
|
id |
IOS3669.1645 |
institution |
Institut Pertanian Bogor |
institution_id |
20 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Sekolah Bisnis |
library_id |
692 |
collection |
Repositori Sekolah Bisnis IPB |
repository_id |
3669 |
subject_area |
Business/Bisnis Marketing, Management of Distribution/Marketing, Manajemen Distribusi |
city |
BOGOR |
province |
JAWA BARAT |
repoId |
IOS3669 |
first_indexed |
2016-11-17T00:05:33Z |
last_indexed |
2016-11-17T00:05:33Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1763211587954409472 |
score |
17.538404 |