Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- Pino
ctrlnum |
1316 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/</relation><title>Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan 
TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- 
Pino</title><creator>Priyo P, christian</creator><subject>Manajemen Produksi dan Operasi</subject><description>Ringkasan Eksekutif 

CHRISTIAN PRIYO P. 2002 .Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan 
TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- 
Pino. Di bawah bimbingan HAMDANI M.SYAH dan HARIANTO. 

Prodnksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2000 mencapai 5.770.900 ton 
yang dillasilkan dari areal tanaman kelapa sawit seluas 3.171.600 ha baik milik
perlcebunan besar swasta atau negara maupun perkebunan rakyat. Produlcsi 
sebesar itu jauh di atas volume kebutuhan dalam negeri sehingga kelebihan yang 
ada dapat diekspor ke berbagai negara sebanyak 4.110.000 ton dan menghasilkan 
devisa senilai US$ 1.087,3 juta atau ltontribusi sebesar 2,27 % dari total nilai 
elcspor non migas nasional. 

PTPN VII (Persero) adalah salah satu BUMN sektor perkebunan yang turut 
memberi kontribusi bagi negara tidak saja melalui produk-produk dari komoditi 
kelapa sawit, tetapi juga produk dari komoditi tanaman karet, tell dan tebu. 
Banyak BUMN di berbagai sektor usaha yang memiliki kinerja di bawah standar, 
walaupun mampu menghasilltan laba tetapi laba tersebut diperoleh dengan 
pengorbanan biaya yang sangat besar dan berlebihan. Visi pemerintah adalah 
memastikan semua BUMN mampu menjadi perseroan yang memiliki claya saing 
internasional, menghasilkan laba, selain sasaran sosial yaitu melayani kepentingan 
masyaraltat. Salah satu kunci agar perusahaan mampu menghasilkan laba dan 
mampu meningkatkan kekayaan pemiliknya adalah efisiensi biaya, menekan 
keborosan dan kebocoran anggaran, serta perhitungan yang cermat sebelum 
memutuskan suatu investasi modal. 

keputusan melakukan investasi (Capital budgeting decision) merupakan 
salah satu keputusan strategis yang penting. Capital budgeting biasanya 
melibatkai pengeluaran dana dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu 
pengembalian yang relatif lama. Demikian pula investasi pembangunan Icebun 
kelapa sawit yang merupakan tanaman keras atau tanaman tahunan, tergolong 
investasi yang memiliki resiko tinggi karena merupakan investasi jangka panjang 
yang memerlukan dana investasi sangat besar dan hasilnya baru dapat dinilcrnati 
beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu diperlukan perhitungan yang 
cermat meliputi aspek pengadaan dana, aspek manajemen, aspek produksi, aspek
pemasaran, aspek keuangan, serta aspek-aspek lain terkait yang menjadi dasar 
untuk estimasi terhadap proyeksi arus kas (cash-flow) sehingga dapat mencegah 
kegagalan dalam melakukan investasi. 

Unit Usaha Talo-Pino di kabupaten Bengkulu Selatan yang merupakan 
salah satu unit bisnis pemsahaan perkebnnan negara PTPN VII (Persero) dengan 
komoditi kelapa sawit menghadapi permasalahan kapasitas menganggur (idle 
capacity) sebesar 65 % pada pabrik pengolahan berkapasitas 30 to11 TBS/jam 
yang dimilikinya .Pabrik pengolahan sebesar itu mampu mengolah TBS sebanyak 
120.000 ton per tahun, namun saat ini karena keterbatasan pasokan bahan baku 
TBS hanya dapat mengolah rata-rata 45.000 ton per tahun atau hanya sekitar 35 % 
dari kapasitas terpasang. 
�
Untuk itu PTPN VII Unit Usaha Talo-Pino merencanakan peningkatan 
pasokan bahan baku TBS sebesar 75.000 ton per tahun untuk mencukupi 
kebutuhan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimilikinya. 
Analisis dilakukan terhadap beberapa alternatif strategi yang mungkin dilakukan 
seperti membangun kebun baru sendiri, kemitraan dengan petani sekitar, dan 
pembelian TBS dari pihak ketiga (outsourcing). Tujuan penelitian ini adalah 
untuk mengetahui alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang mungkin dengan 
tinjauan dari aspek teknis, finansial, dan sosial dengan fokus pada aspek finansial. 
Pembandingan dua atau lebih alternatif dari aspek finansial dilaltukan dengan 
analisis present value biaya atau modal kerja termurah yang diperlukan untuk 
menghasilkan benefit yang sama. Penilaian kelayakan investasi diukur atas dasar 
kriteria Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). 

Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif pembelian TBS dari luar 
(outsourcing) secara teknis tidak dapat dilakukan karena volume TBS yang 
tersedia di sekitar pabrik (radius 30 km) sangat kecil yaitu 950 ton per tahun atau 
hanya 1,3 % dari lebutuhan. Sementara itu potensi TBS yang cukup besar berada 
jauh dari lokasi pabrilc yalmi di daerah Lubuk Linggau (berjarak 280 km) 
sehingga dinilai tidak ekonomis, sedangkan yang berasal dari pen~sahaan 
perkebunan terdekat yakni PT Agri Andalas menolak menjual TBS nya karena 
pabrik pengolahan yang dimiliki masih kekurangan pasokan TBS sebesar 50.000 
tom/tahun. Dua alternatif lainnya yang secara teknis memungkinkan yaitu 
perluasan areal melalui pola membangun kebun sendiri atau pola kemitraan 
dengan petani dikaji dengan membandingkan besarnya biaya investasi dan modal 
Icerja yang diperlultan untuk menghasilkan volume TBS yang sama (prinsip the 
lower cost). Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya atau cash ouiflow
yang diperlultan untuk menghasilkan 414 ton TBS (yaitu volume TBS yang dihasilkan
dari 1 ha tanaman kelapa sawit selama umur eltonomisnya) melalui pola 

membangun kebun sendiri adalah Rp 19.428.173, sedangkan biaya yang 

dimeluarkan untuk menghasilkan volume TBS yang sama melalui pola kemitraan 

dengan petani adalah sebesar Rp 6.881.473. Dengan demikian alternatif pola 

kemitraan dengan petani memerlukan biaya (dana investasi dan modal kerja) yang 

lebih rendah dibandingkan alternatif membangun kebun sendiri. 

Selanjutnya hasil analisis kelayakan investasi pembangunan kebun ltelapa 
sawit menunjuldtan bahwa pada tingkat produktivitas 18.000 kg/ha/tahun dan 
tingltat harga Rp 4631kg menghasilkan NPV sebesar Rp 1.296.321 dan IRR 14 %. 
Nilai NPV yang positif dan nilai IRR yang lebih besar dibandingltan cost of 
capitalnya (13%) menunjuldtan bahwa proyek ini dari aspek finansial layalc untuk 
dilaksanaltan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas atau uji kepekaan 
menunjuldtan bahwa pada skenario 1 dimana diasumsikan harga TBS tlaun 10 % 
(menjadi Rp 417lIcg) dan produktivitas tetap menghasilkan NPV (Rp 2548.098) 
dan IRR 11 % ; skenario 2 dimana harga tetap dan produksi turun 10 % ( 16,2 
tonlhalth) menghasilkan NPV (Rp 1.553.939) dan IRR 12 % ;sedangkan skenario 
3 dimana harga dan produksi masing-masing turun 10 % menghasilkaii NPV (Rp 
4.990.497) dan IRR 10 %. Hasil uji kepekaan tersebut menunjuklcan bahwa 
investasi lebih peka atau lebih sensitif pada perubahan harga jual TBS dibanding 
pada perubahan atau gejolak produksi. Dalam bentuk tabel hasil analisis 
sensitivitas tersebut disajikan sebagai berikut. 

�
Tabel : Hasil Analisis Finansial Investasi Pembangunan Kebun Kelapa Sawit 
Per Ha 


Uraian Tingkat Harga TBS Produktivitas NPV IRR
(Rp/Kg) (Kg/ha/th) (df13%) (%)
Normal 463 18000 1296321 14
Slcenario 1 417 18.000 (2.548.098 ) 11
Slcenario 2 463 16.200 ( 1.553.939) 12
Sltenario 3 417 16.200 (4.990.497 ) 10


Keterangan : 
Skenario 1 = harga TBS turun 10 % ,produktivitas tetap 
Skenario 2 = harga TBS tetap ,produktivitas turun 10 % 
Skenario 3 = harga TBS dan produktivitas turun 10 % 

Kajian aspek sosial menunjukkan bahwa investasi dengan pola membangun 
kebun sendiri memiliki risiko cukup tinggi dimana dikhawatirkan muncul 
gangguan-gangguan produksi dalam bentuk pencurian, penjarahan, pendudulcan 
lahan ,pengrusakan tanaman, dan sebagainya. Uji kepekaan menunjuklcan bahwa 
dengan penurunan produksi sebesar 10 % telah mengakibatkan nilai NPV menjadi 
negatif Rp 1.553.939 dan nilai IRR turun meniadi 12 %. Hal ini berarti bahwa 
apabila acematif membangun kebun sendiri dipilih dan temyata terjadi gangguan- 
gangguan dalam berbagai wujud yang mengakibatkan penurunan produksi sebesar 
10 % maka investasi tersebit menjadi tidak layak atau & tergolong berisiko tinggi 
(high risk). Mengingat situasi dan kondisi saat ini khususnya masalah keamanan 
yang belum kondusif, dan oleh karenanya kemungkinan munculnya gangguan- 
gangguan keamanan adalah sangat tinggi, maka memilih alternatif perluasan areal 
dengan pola kemitraan adalah tepat dalam rangka meminimalisir risiko yang ada. 
Dengan demikian baik ditinjau dari aspek finansial maupun aspek sosial, alternatif 
pola kemitraan adalah lebih baik dibanding alternatif membangun kebun sendiri. 
Selanjutnya perusahaan dapat lebih memfokuskan pengelolaan bisnisnya pada 
proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit atau produk derivai~f lainnya. 
Disamping itu pilihan alternatif kemitraan dengan petani juga mengakomodir 
terpenuhinya salah satu visi pemerintah pada aspek sosial keberadaan BUMN 
yaitu melayani kepentingan masyarakat dan juga sejalan dengan visi dan misi 
perusahaan yakni tumbuh dan berkembang melalui upaya sendiri maupun dengan 
cara bermitra dengan petani. 


</description><date>2002</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>File:application/pdf</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/1/R19-01b-Christian_Priyo_P-Lembar_Pengesahan.pdf</identifier><type>File:application/pdf</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/2/R19-01-Christian_Priyo_P-Cover.pdf</identifier><type>File:application/pdf</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/3/R19-02-Christian_Priyo_P-Abstract.pdf</identifier><type>File:application/pdf</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/4/R19-03-Christian_Priyo_P-_Ringkasan_Eksekutif.pdf</identifier><type>File:application/pdf</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/5/R19-04-Christian_Priyo_P-Daftar_Isi.pdf</identifier><type>File:application/pdf</type><language>eng</language><identifier>http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/6/R19-05-Christian_Priyo_P-Pendahuluan.pdf</identifier><identifier> Priyo P, christian (2002) Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo- Pino. Masters thesis, IPB. </identifier><relation>http://elibrary.mb.ipb.ac.id</relation><recordID>1316</recordID></dc>
|
language |
eng |
format |
Thesis:Thesis Thesis PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview File:application/pdf File |
author |
Priyo P, christian |
title |
Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan
TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo-
Pino |
publishDate |
2002 |
topic |
Manajemen Produksi dan Operasi |
url |
http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/1/R19-01b-Christian_Priyo_P-Lembar_Pengesahan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/2/R19-01-Christian_Priyo_P-Cover.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/3/R19-02-Christian_Priyo_P-Abstract.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/4/R19-03-Christian_Priyo_P-_Ringkasan_Eksekutif.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/5/R19-04-Christian_Priyo_P-Daftar_Isi.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/6/R19-05-Christian_Priyo_P-Pendahuluan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1316/ http://elibrary.mb.ipb.ac.id |
contents |
Ringkasan Eksekutif
CHRISTIAN PRIYO P. 2002 .Kajian Alternatif Strategi Pemenuhan Kebutuhan
TBS Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN VII (Persero) Unit Usaha Talo-
Pino. Di bawah bimbingan HAMDANI M.SYAH dan HARIANTO.
Prodnksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2000 mencapai 5.770.900 ton
yang dillasilkan dari areal tanaman kelapa sawit seluas 3.171.600 ha baik milik
perlcebunan besar swasta atau negara maupun perkebunan rakyat. Produlcsi
sebesar itu jauh di atas volume kebutuhan dalam negeri sehingga kelebihan yang
ada dapat diekspor ke berbagai negara sebanyak 4.110.000 ton dan menghasilkan
devisa senilai US$ 1.087,3 juta atau ltontribusi sebesar 2,27 % dari total nilai
elcspor non migas nasional.
PTPN VII (Persero) adalah salah satu BUMN sektor perkebunan yang turut
memberi kontribusi bagi negara tidak saja melalui produk-produk dari komoditi
kelapa sawit, tetapi juga produk dari komoditi tanaman karet, tell dan tebu.
Banyak BUMN di berbagai sektor usaha yang memiliki kinerja di bawah standar,
walaupun mampu menghasilltan laba tetapi laba tersebut diperoleh dengan
pengorbanan biaya yang sangat besar dan berlebihan. Visi pemerintah adalah
memastikan semua BUMN mampu menjadi perseroan yang memiliki claya saing
internasional, menghasilkan laba, selain sasaran sosial yaitu melayani kepentingan
masyaraltat. Salah satu kunci agar perusahaan mampu menghasilkan laba dan
mampu meningkatkan kekayaan pemiliknya adalah efisiensi biaya, menekan
keborosan dan kebocoran anggaran, serta perhitungan yang cermat sebelum
memutuskan suatu investasi modal.
keputusan melakukan investasi (Capital budgeting decision) merupakan
salah satu keputusan strategis yang penting. Capital budgeting biasanya
melibatkai pengeluaran dana dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu
pengembalian yang relatif lama. Demikian pula investasi pembangunan Icebun
kelapa sawit yang merupakan tanaman keras atau tanaman tahunan, tergolong
investasi yang memiliki resiko tinggi karena merupakan investasi jangka panjang
yang memerlukan dana investasi sangat besar dan hasilnya baru dapat dinilcrnati
beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu diperlukan perhitungan yang
cermat meliputi aspek pengadaan dana, aspek manajemen, aspek produksi, aspek
pemasaran, aspek keuangan, serta aspek-aspek lain terkait yang menjadi dasar
untuk estimasi terhadap proyeksi arus kas (cash-flow) sehingga dapat mencegah
kegagalan dalam melakukan investasi.
Unit Usaha Talo-Pino di kabupaten Bengkulu Selatan yang merupakan
salah satu unit bisnis pemsahaan perkebnnan negara PTPN VII (Persero) dengan
komoditi kelapa sawit menghadapi permasalahan kapasitas menganggur (idle
capacity) sebesar 65 % pada pabrik pengolahan berkapasitas 30 to11 TBS/jam
yang dimilikinya .Pabrik pengolahan sebesar itu mampu mengolah TBS sebanyak
120.000 ton per tahun, namun saat ini karena keterbatasan pasokan bahan baku
TBS hanya dapat mengolah rata-rata 45.000 ton per tahun atau hanya sekitar 35 %
dari kapasitas terpasang.
�
Untuk itu PTPN VII Unit Usaha Talo-Pino merencanakan peningkatan
pasokan bahan baku TBS sebesar 75.000 ton per tahun untuk mencukupi
kebutuhan kapasitas terpasang pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimilikinya.
Analisis dilakukan terhadap beberapa alternatif strategi yang mungkin dilakukan
seperti membangun kebun baru sendiri, kemitraan dengan petani sekitar, dan
pembelian TBS dari pihak ketiga (outsourcing). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang mungkin dengan
tinjauan dari aspek teknis, finansial, dan sosial dengan fokus pada aspek finansial.
Pembandingan dua atau lebih alternatif dari aspek finansial dilaltukan dengan
analisis present value biaya atau modal kerja termurah yang diperlukan untuk
menghasilkan benefit yang sama. Penilaian kelayakan investasi diukur atas dasar
kriteria Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif pembelian TBS dari luar
(outsourcing) secara teknis tidak dapat dilakukan karena volume TBS yang
tersedia di sekitar pabrik (radius 30 km) sangat kecil yaitu 950 ton per tahun atau
hanya 1,3 % dari lebutuhan. Sementara itu potensi TBS yang cukup besar berada
jauh dari lokasi pabrilc yalmi di daerah Lubuk Linggau (berjarak 280 km)
sehingga dinilai tidak ekonomis, sedangkan yang berasal dari pen~sahaan
perkebunan terdekat yakni PT Agri Andalas menolak menjual TBS nya karena
pabrik pengolahan yang dimiliki masih kekurangan pasokan TBS sebesar 50.000
tom/tahun. Dua alternatif lainnya yang secara teknis memungkinkan yaitu
perluasan areal melalui pola membangun kebun sendiri atau pola kemitraan
dengan petani dikaji dengan membandingkan besarnya biaya investasi dan modal
Icerja yang diperlultan untuk menghasilkan volume TBS yang sama (prinsip the
lower cost). Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya atau cash ouiflow
yang diperlultan untuk menghasilkan 414 ton TBS (yaitu volume TBS yang dihasilkan
dari 1 ha tanaman kelapa sawit selama umur eltonomisnya) melalui pola
membangun kebun sendiri adalah Rp 19.428.173, sedangkan biaya yang
dimeluarkan untuk menghasilkan volume TBS yang sama melalui pola kemitraan
dengan petani adalah sebesar Rp 6.881.473. Dengan demikian alternatif pola
kemitraan dengan petani memerlukan biaya (dana investasi dan modal kerja) yang
lebih rendah dibandingkan alternatif membangun kebun sendiri.
Selanjutnya hasil analisis kelayakan investasi pembangunan kebun ltelapa
sawit menunjuldtan bahwa pada tingkat produktivitas 18.000 kg/ha/tahun dan
tingltat harga Rp 4631kg menghasilkan NPV sebesar Rp 1.296.321 dan IRR 14 %.
Nilai NPV yang positif dan nilai IRR yang lebih besar dibandingltan cost of
capitalnya (13%) menunjuldtan bahwa proyek ini dari aspek finansial layalc untuk
dilaksanaltan. Sedangkan hasil analisis sensitivitas atau uji kepekaan
menunjuldtan bahwa pada skenario 1 dimana diasumsikan harga TBS tlaun 10 %
(menjadi Rp 417lIcg) dan produktivitas tetap menghasilkan NPV (Rp 2548.098)
dan IRR 11 % ; skenario 2 dimana harga tetap dan produksi turun 10 % ( 16,2
tonlhalth) menghasilkan NPV (Rp 1.553.939) dan IRR 12 % ;sedangkan skenario
3 dimana harga dan produksi masing-masing turun 10 % menghasilkaii NPV (Rp
4.990.497) dan IRR 10 %. Hasil uji kepekaan tersebut menunjuklcan bahwa
investasi lebih peka atau lebih sensitif pada perubahan harga jual TBS dibanding
pada perubahan atau gejolak produksi. Dalam bentuk tabel hasil analisis
sensitivitas tersebut disajikan sebagai berikut.
�
Tabel : Hasil Analisis Finansial Investasi Pembangunan Kebun Kelapa Sawit
Per Ha
Uraian Tingkat Harga TBS Produktivitas NPV IRR
(Rp/Kg) (Kg/ha/th) (df13%) (%)
Normal 463 18000 1296321 14
Slcenario 1 417 18.000 (2.548.098 ) 11
Slcenario 2 463 16.200 ( 1.553.939) 12
Sltenario 3 417 16.200 (4.990.497 ) 10
Keterangan :
Skenario 1 = harga TBS turun 10 % ,produktivitas tetap
Skenario 2 = harga TBS tetap ,produktivitas turun 10 %
Skenario 3 = harga TBS dan produktivitas turun 10 %
Kajian aspek sosial menunjukkan bahwa investasi dengan pola membangun
kebun sendiri memiliki risiko cukup tinggi dimana dikhawatirkan muncul
gangguan-gangguan produksi dalam bentuk pencurian, penjarahan, pendudulcan
lahan ,pengrusakan tanaman, dan sebagainya. Uji kepekaan menunjuklcan bahwa
dengan penurunan produksi sebesar 10 % telah mengakibatkan nilai NPV menjadi
negatif Rp 1.553.939 dan nilai IRR turun meniadi 12 %. Hal ini berarti bahwa
apabila acematif membangun kebun sendiri dipilih dan temyata terjadi gangguan-
gangguan dalam berbagai wujud yang mengakibatkan penurunan produksi sebesar
10 % maka investasi tersebit menjadi tidak layak atau & tergolong berisiko tinggi
(high risk). Mengingat situasi dan kondisi saat ini khususnya masalah keamanan
yang belum kondusif, dan oleh karenanya kemungkinan munculnya gangguan-
gangguan keamanan adalah sangat tinggi, maka memilih alternatif perluasan areal
dengan pola kemitraan adalah tepat dalam rangka meminimalisir risiko yang ada.
Dengan demikian baik ditinjau dari aspek finansial maupun aspek sosial, alternatif
pola kemitraan adalah lebih baik dibanding alternatif membangun kebun sendiri.
Selanjutnya perusahaan dapat lebih memfokuskan pengelolaan bisnisnya pada
proses pengolahan TBS menjadi minyak sawit atau produk derivai~f lainnya.
Disamping itu pilihan alternatif kemitraan dengan petani juga mengakomodir
terpenuhinya salah satu visi pemerintah pada aspek sosial keberadaan BUMN
yaitu melayani kepentingan masyarakat dan juga sejalan dengan visi dan misi
perusahaan yakni tumbuh dan berkembang melalui upaya sendiri maupun dengan
cara bermitra dengan petani.
|
id |
IOS3669.1316 |
institution |
Institut Pertanian Bogor |
institution_id |
20 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Sekolah Bisnis |
library_id |
692 |
collection |
Repositori Sekolah Bisnis IPB |
repository_id |
3669 |
subject_area |
Business/Bisnis Marketing, Management of Distribution/Marketing, Manajemen Distribusi |
city |
BOGOR |
province |
JAWA BARAT |
repoId |
IOS3669 |
first_indexed |
2016-11-17T00:05:28Z |
last_indexed |
2016-11-17T00:05:28Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1763211583856574464 |
score |
17.538404 |