ANALISA NILAI FUNDAMENTAL PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI BURSA EFEK JAKARTA
Main Author: | Asyhari, . |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2000
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.sb.ipb.ac.id/1277/1/R16-01-Asyhari-Cover.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1277/2/R16-01b-Asyhari-Lembar_Pengesahan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1277/3/R16-03-Asyhari-Ringkasan_Eksekutif.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1277/4/R16-04-Asyhari-Daftar_Isi.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1277/5/R16-05-Asyhari-Pendahuluan.pdf http://repository.sb.ipb.ac.id/1277/ |
Daftar Isi:
- RINGKASAN EKSEKUTIF Asyhari. 2000. Analisa Nilai Fundamental Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Jakarta. Di bawah bimbingan Harianto dan Hamdani M, Syah. Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertaniaan yang banyak diminati oleh investor baik investor asing maupun investor dalam negeri. Sektor perkebunan mempunyai peranan yang penting karena produk dari perkebunan dapat menghasilkan devisa negara tanpa atau sedikit sekali membutuhkan input berupa barang impor. Potensi lahan perkebunan masih sangat luas, berbagai jenis tanaman perkebunan dapat tumbuh subur di berbagai daerah, maka tidak heran jika minat para investor di bidang agribisnis khususnya sektor perkebunan semakin meningkat, dan tidak sedikit investor dari mancanegara ternyata terpaksa harus antri dalam mendapatkan izin untuk menggarap jutaan hektar lahan yang tersedia di berbagai wilayah nusantara. lnvestasi pada sektor perkebunan sangat membutuhkan dana yang besar dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu para investor yang belum mendapatkan kesempatan atau tidak mampu untuk berinvestasi secara langsung pada sektor perkebunan dan tetap masih mempunyai minat, dapa mengalihkan dananya untuk diinvestasikan dengan cara tidak langsung. Salah satunya adalah melalui pasar modal. Dalam melakukan pembelian saham di bursa, para investor harus menganalisa terlebih dahulu saham-saham mana saja dalam ha1 ini saham perkebunan yang layak dibeli. Untuk dapat melakukan pembelian suatu saham para investor harus mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham, apakah saham itu underpriced atau overpriced. Jika harga atau nilai saham itu underpriced maka saham itu layak untuk dibeli. Sebaliknya jika harga saham tersebut overpriced maka saham tersebut layak untuk dijual. Untuk mengetahui nilai suatu saham ada tiga analisa yang dapat dilakukan oleh para investor yaitu, analisa fundamental, analisa teknikal dan analisa atau penilaian berdasarkan periode kepemilikan yang terbatas (Sharpe et al, 1995). Dari ketiga penilaian saham tersebut di atas perbedaan yang paling rnendasar adalah mengenai jangka waktu. Analisa fundamental biasanya diperuntukan untuk para investor yang ingin menanamkan modalnya di bursa dalam jangka panjang atau lebih dari satu tahun sedangkan untuk analisa teknikal dan penilaian berdasarkan periode kepemilikan yang terbatas adalah untuk para investor yang ingin menanamkan modalnya dalam jangka pendek atau kurang dari satu tahun. Analisa teknikal adalah upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan fundamental. analisa teknikal tidak memperhatikan faktor fundamental ( seperti kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya ), yang mungkin mempengaruhi harga saham (Husnan, 1994). Analisa fundamental menilai harga efek dengan menganalisa , prospek perusahaan, pertumbuhan keuntungan di masa yang akan , datang dengan menghubungkannya pada kondisi ekonomi nasional dan internasional, kondisi industri serta kemampuan perusahaan itu sendiri. Di dalam analisa fundamental penilaian harga saham akan bersifat 90% logika dan 10% phsylogical. Fundamental analysis percaya bahwa harga efek ditentukan oleh supply dan demand yang didasarkan pada fundamental ekonomi seperti hasil dan resiko. Fundamentalis menentukan harga saham dengan mendasarkan pada pertumbuhan perusahaan, dividen yang dibayarkan, tingkat bunga dan faktor resiko. Fundamentalis percaya mereka dapat meramalkan perubahan harga efek dengan menganalisa pendapatan perusahaan dengan menggunakan data yang dipublikasikan. Dennan mempertimbangkan faktor-faktor di atas mereka sampai pada harga intrinsik saham. hampir 90% dari investasi Wall Street adalah penganut teori fundamental (Mewengkang, 1997). Analisa fundamental ini terdiri dari dua metode yaitu metode Dividend Discount Model (DDM) dan metode Price Earning Ratio (PER). Analisa yang dilakukan dalam metode Dividend Discount Model dan PER adalah sama yaitu menentukan tingkat pertumbuhan laba per saham masing-masing perusahaan., membandingkan pertumbuhan laba per saham atau pertumbuhan perusahaan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun yang bersangkutan, menentukan model yang mana dari dividen discount model yang akan digunakan, menentukan retention ratio dan payout ratio pada tahap pertumbuhan tinggi dan pada tahap pertumbuhan stabil., menentukan waktu pada tahap pertumbuhan tinggi dan pada tahap Pertumbuhan stabil. menentukan nilai beta pada tahap pertumbuhan tinggi dan pada tahap pertumbuhan stabil, menentukan nilai risk free (Rf), dengan mengasumsikan bahwa simpanan deposito adalah salah satu bentuk investasi yang tanpa resikol menentukan Return Market (Rm), menentukan cost of equity pada tahap pertumbuhan tinggi dan pada tahap pertumbuhan stabil, menentukan tingkat pertumbuhan pada tahap pertumbuhan stabil dengan cara yang sama pada tahap petumbuhan tinggi dan melakukan penilaian terhadap harga saham masing-masing perusahaan. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan suatu hasil dan kesimpulan sebagai berikut: nilai intrinsik saham Astra Agro Lestari sebesar Rp 765 sedangkan harga pasar sahamnya sebesar Rp 2020, sedangkan untuk PER normalnya sebesar 4,66 kali dan untuk PER sesungguhnya sebesar 22,2 kali. untuk saham London Sumatera Plantations nilai intrinsik sahamnya sebesar Rp 2.305 dan harga pasarnya Rp 1300, sedangkan untuk PER normalnya sebesar 8,5 kali sementara untuk PER sesungguhnya sebesar Rp 5,8 kali, dengan demikian harga saham Astra Agro Lestari adalah overpriced karena nilai intrinsiknya lebih kecil jika dibandingkan dengan harga pasarnya, sementara untuk saham London Sumatera Plantations adalah underpriced karena nilai intrinsik sahamnya lebih besar jika dibandingkan dengan harga pasarnya. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sektor perkebunan diperkirakan mempunyai prospek yang sangat bagus mengingat jenis usaha ini banyak menggunakan sumber daya domestik dengan orientasi ekspor serta banyak faktor pendukung lainnya seperti yang telah diungkapkan dalam bab hasil dan pembahasan. Harga saham tidak hanya ditentukan oleh prospek yang bagus untuk masa depan dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan, seperti pada kondisi krisis saat ini bahwa sektor perkebunan khusunya kelapa sawit mempunyai prospek yang bagus di masa depan karena menghasilkan pendapatan dalam dollar sementara biaya yang dikeluarkan dalam rupiah, tetapi juga banyak ditentukan oleh faktor-faktor lain yang diantanya ditentukan oleh kinerja dari perusahaan itu sendiri. Astra Agro Lestari yang kondisi perusahaan baik, para investor berani membayar mahal hingga di atas nilai intrinsiknya, sementara London Sumatera Plantation yang mempunyai hutang akibat kerugian kurs dihargai lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang dilakukan ternyata saham Astra Agro Lestari adalah dalam kondisi overpriced, yang berarti bahwa bagi investor yang memegang saham Astra Agro Lestari disarankan untuk rnenjual atau melepas sahamnya. Sementara itu untuk para investor disarankan membeli saham London Sumatera Plantations, karena nilai sahamnya underpriced..