Daftar Isi:
  • CV. Citra Pangan Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang melakukan kegiatan produksi produk nata de coco. Perusahaan ini memproduksi nata de coco dalam kemasan gelas plastik dengan merek dagang "Ta coco" dan "Wicoco". Sebagai perusahaan yang baru berkembang, maka kondisi perusahaan masih terlalu lemah dalam pemasarannya karena produk yang dihasilkan belum dikenal oleh konsumennya. Kelemahan dalam pemasarannya tersebut yang mengakibatkan terjadinya Konsumen/pelanggan enggan untuk memanfaatkan kesempatan mendapatkan potongan tunai (cash discount) yang disediakan oleh perusahaan. Sehingga keinginan perusahaan untuk melakukan penjualan secara tunai tidak sepenuhnya dapat dicapai dan sebagai akibatnya penjualan secara kredit harus ditempuh. Berdasarkan kenyataan semacam itu maka dirumuskan masalah : (1) Bagaimana fihak manajemen mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk memberikan kredit kepada pembeli yang melakukan pembelian secara kredit. (2) Faktor-faktor apa saja yang diperhitungkan oleh fihak manajemen dalam pengambilan keputusan tersebut dan (3) Langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam rangka menghindari kredit yang kemungkinan macet karena tidak terbayar oleh debitur. Geladikarya ini bertujuan (1) Mengkaji bagaimana fihak manajemen memutuskan untuk memberikan kredit (penjualan secara kredit) kepada konsumen dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama. (2) Mengkaji faktor-faktor penting apa saja yang dipertimbangkan oleh fihak manajemen dalam mengelola penjualan secara kredit (3) Memformulasikan strategi dan langkah alternatif yang dapat dilakukan oleh fihak perusahaan untuk menghindari terjadinya debitur yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga seluruh tagihan dapat diterima. Penelitian dilakukan pada CV. Citra Pangan Mandiri Darmaga Bogor mulai bulan Juni 1998 sampai dengan bulan Juli 1998. Metodologi penelitian adalah studi kasus. Jenis data yang digunakan terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif yang diperoleh dari sumber intern perusahaan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa produk yang dihasilkan CV. Citra Pangan Mandiri terdiri dari 4 (empat) aroma yaitu Coco Pandan, Vanila, Lychee dan Pisang Ambon. Hasil produksi selama bulan Maret 1998 sampai dengan bulan Juni 1998 adalah sebanyak 11.397 dus atau rata-rata 2.849 dus pada setiap bulan. Dari jumlah hasil produksi tersebut dilakukan penjualan sebanyak 11.291 dus atau rata-rata 2.258 dus pada setiap bulannya. Penjualan yang dilakukan oleh CV. Citra Pangan Mandiri dengan mengelompokkan pelanggan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu agen, grosir dan retail. Cara ini ditempuh untuk mendorong pelanggan agar mau membeli produk nata de coco dalam jumlah yang besar. Disamping itu perusahaan juga membedakan harga jual antara penjualan secara tunai dengan penjualan secara kredit. Harga jual pada penjualan tunai lebih rendah dibandingkan dengan harga jual pada penjualan secara kredit. Masa kredit yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 15 hari atau apabila pelanggan memesan kembali meskipun belum mencapai 15 hari. Nilai penjualan selama 4 (empat) bulan adalah sebesar Rp. 257.868.250,- atau rata-rata sebesar Rp. 64.467.063 pada setiap bulannya. Nilai penjualan sebesar itu terdiri dari penjualan tunai sebesar Rp. 85.123.750,- atau rata-rata Rp. 21.280.938,- setiap bulannya dan penjualan secara kredit sebesar Rp. 172.744.500,- atau rata-rata sebesar Rp. 43.186.125,- pada setiap bulannya. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa penjualan secara kredit penempati porsi sebesar 67 %, sedang penjualan tunai hanya sebesar 33 %. Terjadinya penjualan kredit akan menimbulkan masalah dalam hal penagihan piutang dagang. Saldo piutang dagang pada awal bulan Maret 1998 adalah Rp. 29.698.200,- dan penerimaan dari piutang dagang sebesar Rp. 128.638.500,- sehingga saldo piutang dagang pada akhir bulan Juni 1998 sebesar Rp. 73.804.500,- atau dengan kata lain piutang dagang saldonya bertambah Rp. 44.106.300,-. Dari kondisi ini nampak bahwa kegiatan penagihan piutang dagang yang kurang efektif sehingga ada kecenderungan terjadi kenaikan jumlah piutang dagang pada masa yang akan datang. Hal-ha1 yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah piutang dagang adalah : (1) Kenaikan jumlah penjualan secara kredit, (2) Tidak adanya petugas khusus yang melakukan penagihan terhadap piutang dagang, (3) Lemahnya posisi produk di pasaran atau pangsa pasar yang rendah sehingga tingkat perputarannya rendah dan perusahaan terpaksa memberikan kredit kepada konsumen yang mau menerimanya, (4) Tidak adanya kebijakan perusahaan dalam penghapusan piutang dagang atas tagihan kepada debitur yang diperkirakan tidak mampu lagi membayar hutangnya. Atas dasar hasil analisis tersebut, maka untuk mencapai tingkat penerimaan yang efektif atas penjualan kredit perlu dilakukan hal-ha1 sebagai berikut : Kepada setiap pelanggan baru perusahaan sebaiknya tidak memberikan kredit lebih dahulu atau penjualan dilakukan secara tunai. Setelah pelanggan baru dapat menunjukkan kemauan dan kemampuan untuk membayar hutangnya, maka kepada pelanggan tersebut dimungkinkan diberikan kredit. Adakan petugas khusus yang bertugas untuk melakukan penagihan atas piutang dagang yang dimiliki sehingga terjadi pemisahan tugas antara salesman dengan petugas penagihan piutang dagang. Kepada pelanggan ada baiknya apabila diberikan potongan tunai dengan masa pembayaran tertentu misalnya diberikan potongan sebesar 3 % bagi mereka yang dapat membayar hutangnya paling lambat 5 hari setelah transaksi jual-beli terjadi, dimana masa kredit adalah 15 hari (3/5,n/15). Kepada pelanggan yang secara nyata tidak mampu lagi untuk membayar hutangnya, perusahaan sebaiknya menghapus piutang dagang sehingga saldo piutang dagang yang ada betul-betul piutang dagang yang dapat ditagih