Pemikiran dan Gerakan Dakwah Tuan Guru M. Zainuddin Abdul Madjid di Lombok NTB

Main Author: Haramain, Muhammad
Format: Report NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6779/1/Muhammad%20Haramain_opt.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6779/
Daftar Isi:
  • Hasil penelitian ini menyajikan tiga pokok analisis kritis yang meliputi: Pertama, eksistensi para Tuan Guru di pulau Lombok NTB secara potensial dapat dicermati dari empat faktor utama, yaitu pendidikan, dakwah, sosial kemasyarakatan dan kepemimpinan. Empat faktor ini merupakan bagian dari identitas yang dapat diidentifikasi dari gerakan para Tuan Guru. Kedua, pemikiran dakwah Tuan Guru M. Zainuddin dapat dianalisis dan dicermati dari sikap moderatnya (al-wasatiyyah) dalam merumuskan proses transformasi dakwah. al-Wasatiyyah sebagai metode dakwahnya tercermin dalam Ibadah dan syiar agama serta akhlak. Konsep ini dapat dicermati pada setidaknya empat hal mendasar yaitu wawasan keagamaan yang komperehensif (al-Tafaqquh fi al-din), penahapan dan prioritas dalam berdakwah (al-tadarruj wa al-awlawiyyat fi al-da’wah), mendahulukan kemudahan daripada kesulitan (al-taysir qabl alta’sir) dan dakwah berbasis realitas kekinian (al-da’wah al-waqi’iyyah). Dan ketiga, gerakan dakwahnya secara mendasar dapat dicermati pada aspek Manajemen Dakwah (tanzim al-da’wah) dan Kearifan Dakwah (da’wah bi alhikmah). Pada aspek manajemen dakwah terbagi menjadi tiga konsepsi, yaitu: Optimalisasi dakwah berbasis pendanaan dakwah (masarif al-da’wah), berpolitik di bawah bendera dakwah (al-da’wah bi al-hukumah), dan tahapan dakwahnya (al tadarruj fi al-da’wah). Sedangkan pada aspek kearifan, ia menekankan tentang dakwah Islamiyah yang berorientasi kearifan. Implementasi kearifan dapat berupa bijak dalam menentukan hukum fikih yang sesuai dengan konteks, mempermudah sebelum mempersulit, bersikap tidak kontra-produktif dalam hubungannya dengan pemerintah dalam pembangunan, dan lainnya. Dakwah berbasis kearifan inilah, selanjutnya, mentransformasi seorang Da’i menjadi lebih moderat (al-wasatiyyah) dalam berdakwah.