Jejak Tradisional Sistem Pendidikan Islam pada Pesantren Salafiyah Parappe Kabupaten Polewali Mandar

Main Author: Bani, Suddin
Format: Report NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repositori.uin-alauddin.ac.id/474/1/Suddin%20Bani.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/474/
Daftar Isi:
  • Disertasi ini membahas tentang jejak tradisional sistem pendidikan Islam dipesantren Salafiyah Pareppe Polewali Mandar, yang secara kualitatif masih mencoba untuk bertahan dengan sistem pendidikan tradisional. Pokok permasalahannya adalah bagaimana jejak tradisional sistem pendidikan Islam di pesantren salafiyah Pareppe Polewali Mandar. Yang meliputi submasalah: Pertama, bagaimana latar belakang sejarah lahirnya pesantren Salafiyah Parappe?, kedua, bagaimana sistem pendidikan pendidikan pada pesantren Salafiyah Parappe kabupaten Polewali Mandar?, ketiga,Bagaimana upaya pengelola pesantren Salafiyah dalam mempertahankan identitas tradisionalitasnya dalam sistem pendidikan?, dan keempat, bagaimana responsmasyarakat terhadap sistem pendidikan pesantren Salafiyah? Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomena-logis. Selain itu digunakan pula pendekatan keilmuan sosiologis.Sumber data penelitian ini terdiri atas sumber data primer data data sekunder, Sumber data data primer adalah kiai utama pada pesantren dengan sebutan annang guru, sumber data berikutnya adalah para guru atau kiai muda, pengurus pesentren, para alumni pesantren Salafiyah Parappe, santri itu sendiri, tokoh masyarakat atau tokoh agama, pemerintah dan orang tua santri. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen yang ada pada pesantren. Adapun teknik pengumpulan data didapatkan melalui beberapa teknik seperti observasi, interview dan dokumentasi atau dengan menggunakan ketiga teknik tersebut. Teknik analisis/pengolahan data menggunakan 4cara: (1) reduksi data, (2) display data, (3) verifikasi data, dan (4) penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan dan penigkatan ketekunan serta trianggulasi. Adapun hasil temuan peneliti,pertama, sejak awal berdirinya sekitar tahun1970-an memakai sistem mangngaji tudang/halaqah murni yang merupakan kelan-jutan dari sistem sebelumnya dan kurang lebih 27 tahun barulah terbentuk organisasi pengurus, terjadi dinamika, tetapi tetap mempertahankan pola tradisonal. Kedua, sistem pembelajaran, selain halaqah, bandongan dan sorogan juga klasikal, tetapi kuri-kulum tetap menggunakan kitab-kitab klasik dengan sistem tabaqat, bagi santri pada level aliyah tidak ada ujian negara. Ketiga, upaya yang dilakukan dalam mempertahankan tradisionalitas yaitu: perekrutan tenaga pengajar hanya dari kalangan alumni dan dari pesantren yang memiliki visi yang sama, genealogi intelektual/kekerabatan dan sistem tabaqat, dengan menikahkan puteri kiai atau keluarganya dengan santri-santri senior yang memilik keistimewaan dan kelebihan dalam bidang ilmu dan akhlak. Keempat, respon masyarakat lokal positif merasaaman dan dianggap sebagai benteng pertahanan budaya yang pada awalnya sebagian generasi muda melanggar norma agama dan budaya. Masyarakat jauh dengan memasukkan anaknya ke pesantren dan bantuan fisik. Implikasi penelitian ini adalah dengan konsistensinya mempertahankan sistem tradisional, maka pesantren ini tetap eksis dan mendapatkan posisi atau tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat dan santri yang datang belajar ke pesantren ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Implikasi lain adalah karena pesantren ini konsisten dengan pembelajaran kitab kuning, maka sebagian santri meskipun secara formal sudah tamat jenjang pendidikan aliyah, tetapi masih tinggal dipesantren untuk memperdalam bacaan kitabnya. Demikian pula dengan konsistensi tersebut pesantren, makasetiap musim libur mahasiswa perguruan tinggi di Makassar seperti UNHAS, UIN, dan UMI