Pemikiran Ibn Jama'ah tentang pendidikan karakter
Main Author: | Ade Wahidin |
---|---|
Format: | Doctoral |
Terbitan: |
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Penelitian ini ditulis untuk membahas pemikiran Ibn Jamā?ah tentang pendidikan karakter, yang secara fundamental dapat dimajukan inferensi besarnya yaitu semakin kuat pemikiran pendidikan mistik maka dapat mendorong terwujudnya perilaku yang beradab. Secara metodologis, penelitian ini ditulis melalui pendekatan fenomenologis- hermeneutik yang bersifat kualitatif dengan metode analisis konten (content analysis) yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat ditiru (repliable) dan data yang sahih dengan memperhatikan konteksnya yang bertujuan memperoleh pemahaman secara lebih tajam dan mendalam tentang permasalahan yang diteliti. Adapun sumber data primernya adalah 6 kitab karya Ibn Jamā?ah, utamanya adalah kitab Tadhkirat al-Sāmi? wa al-Mutakallim. Dalam penelitian ini ditemukan tiga hasil temuan pendidikan karakter Ibn Jamā?ah yaitu, Pertama, secara ontologis, berdasarkan landasan wahyu, akal, dan pandangan para ahli, manusia menurut Ibn Jamā?ah adalah makhluk pedagogik yang terdiri dari jiwa, akal, jasmani, dan indra yang diciptakan dalam rangka beribadah hanya kepada Allah. Selanjutnya, manusia sebagai makhluk pedagogik dapat diberdayakan dengan fokus pembinaanya pada aspek jiwa/hati dan akal sehingga menjadi manusia khair al-barīyah (manusia terbaik) yaitu sosok ulama yang berilmu, memiliki rasa takut kepada Allah, dan memiliki jiwa kepemimpinan (leadership). Kedua, Secara epistemologis, pemberdayaan yang dimajukan oleh Ibn Jamā?ah untuk pendidik sebagai subjek pendidikan dilandasi dengan filosofi bahwa setiap pendidik adalah pemegang amanah ilmu (amīn) dan penerima anugerah pemahaman (mā muniḥa min al-ḥawās wa al-fuhūm). Adapun pemberdayaan peserta didik sebagai objek pendidikan yang dimajukan oleh Ibn Jamā?ah memiliki landasan filosofi bahwa peserta didik harus dibersihkan hatinya (taṭhīr al-qalb). Pemberdayaan pendidik dan peserta didik dengan landasan filosofis tersebut, diharapkan dapat mengantarkan keduanya mencapai derajat ulama, yang merupakan gambaran mini manusia terbaik (khair al-barīyah) setelah para Nabi. Ketiga, konsepsi pemberdayaan pendidik dan peserta didik Ibn Jamā?ah secara aksiologis menjadi landasan untuk mendesain pendidikan karakter yang meliputi (1) aliran filosofis pendidikan karakter; (2) tujuan pendidikan karakter; (3) hakikat pendidikan karakter; (4) kurikulum pendidikan karakter; (5) pendidik dan peserta didik (6) metode pendidikan karakter; (7) lingkungan pendidikan karakter, dan (8) evaluasi pendidikan karakter. Penelitian ini berbeda dengan disertasi Rahendra Maya (2015) yang memfokuskan pada adab guru dan murid menurut Ibn Jamā?ah. Secara general, teori pendidikan karakter Ibn Jamā?ah ini berbeda dengan teori Progresivisme, teori Empirisme, teori Nativisme, dan teori Konvergensi. Meskipun demikian, alirannya dapat diistilahkan dengan Konvergensi Syar?i; dengan landasan theosentris/irādatullāh (adanya peran kehendak Allah). Di kalangan Muslim, Ibn Jamā?ah (w. 733 H/1333 M) beraliran pendidikan karakter mistik seperti al-Ghazālī (w. 505 H/1111 M) tetapi alirannya berbeda dengan Ibn Miskawaih (w. 412 H/1030 M) yang menganut aliran pendidikan karakter rasional.