Dinamika Tarekat syathariyah di padang pariaman Peran Tuanku dengan Kaum Adat Terhadap Keragamaan Masyarakat Minangkabau

Main Author: Roni Faslah
Format: Doctoral
Terbitan: RaSAIL Media Group
Daftar Isi:
  • Disertasi ini mengkaji secara mendalam, perkembangan ajaran Tarekat Syathariyah di Padang Pariaman pada saat ini, yang dipimpin oleh tuanku. Tuanku sebagai ulama tarekat Syathariyah penerus khalifah dari ajaran Syekh Burhanuddin di Ulakan-Pariaman. Bagaimana dinamika peran tuanku dengan kaum adat terhadap pemahaman dan praktek keagamaan di Ulakan ? Pariaman di masa kontemporer saat ini. Oleh karena itu, adakah potensi konflik antara tuanku dan kaum adat di Ulakan, Pariaman, bagaimana hubungan tuanku dan kaum adat dalam persoalan keagamaan kaum Tarekat Syathariyah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dalam bentuk penelitian field research (lapangan) dan library research (perpustakaan), dalam pengambilan data lapangan peneliti menggunakan wawancara dan observasi lapangan, ditambah dengan data literature, buku-buku, artikel, jurnal, dokumen yang relevan dengan objek dan tema yang diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan dari keilmuan sosiologi, sejarah (historis), etnografi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosial Max Weber dan Foucault. Dalam melihat persoalan peran kepemimpinan dan dalam hubungan Tuanku dan kaum adat. Hasil penelitian ini menunjukan pertama bahwa ajaran dan praktek keagamaan yang dikembangkan oleh tuanku mengalami perubahan dan penambahan. Kedua, peran tuanku yang didukung adat menjadikan kekuatan tersendiri bagi eksistensi keagamaan Tarekat Syathariyah, dan juga dukungan dari organisasi sosial seperti, PERTI, PPTI, dan NU. Ketiga, dinamika hubungan tuanku dan kaum adat merupakan hubungan yang simbiosis - mutualism atau saling keterkaitan satu sama lain dalam kegiatan keagamaan, karena adanya gelar terkait adat bagi tokoh keagamaan seperti qadhi, khalifah, imam, khatib, labai. Dalam relasi-kuasanya, terlihat dominasi kaum adat terlihat lebih menonjol, karena di lapangan, kegiatan seremonial keagamaan tidak jalan kalau tidak ada dukungan dan legalitas dari kaum adat. Disertasi ini membantah bahwa tasawuf atau tarekat dapat menghambat kemajuan, dan tidak dinamis, penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Muhamad Abduh, Harun Nasution, kaum tradisionalis yang cenderung fatalis dan tidak dinamis. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Neo-Sufisme Fazlur Rahman, dan Azyumardi Azra dalam jaringan ulama, bahwa justru para sufi, kaum tarekat menunjukan kedinamisan dan mampu bertahan dalam tuntutan zaman yang serba kompleks. Disamping itu penelitian ini membantah pendapat teori Schiereke, bahwa adanya ketidak harmonisan antara kalangan ulama dan kaum adat di Minangkabau. Namun, penelitian ini sejalan dengan Christine Dobbin, yang menyatakan pergolakan keagamaan di Minangkabau bukan dikarenakan pertentangan kalangan ulama dan kaum adat, tapi lebih kepada faktor ekonomi.