Paham dan Praktik Keagamaan Masyarakat Keturunan Arab di Kota Gresik
Main Author: | Imam Subchi |
---|---|
Format: | Doctoral |
Terbitan: |
UIN Jakarta Press
|
Daftar Isi:
- Penelitian ini berusaha menjawab beberapa permasalahan penelitian. Pertama, berkaitan dengan paham dan praktik keagamaan masyarakat keturunan Arab Hadhrami di Kota Gresik yang di satu sisi mampu melestarikan atau mempertahankan paham dan praktik keagamaan, tetapi di sisi lain juga harus berhadapan dengan dinamika keberagamaan dan kebudayaan yang berkembang dari luar. Kedua, berkaitan dengan cara-cara pelestarian paham dan praktik keagamaan masyarakat keturunan Arab Hadhrami di Gresik yang tetap memelihara berbagai ritual keagamaan dari Hadhramaut hingga saat ini. Ketiga, berkaitan perubahan paham dan praktik keagamaan pada sebagian kecil masyarakat keturunan Arab Hadhrami di Gresik, karena adanya pengaruh paham keagamaan dari luar atau trans-nasional. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk meneliti beberapa permasalahan di atas: ?pendekatan antropologi agama? dan ?pendekatan sejarah?. Pendekatan pertama (antropologi agama) yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini, digunakan untuk mengkaji aspek-aspek agama dan budaya yang dijalankan masyarakat Arab Hadhrami di Gresik, khususnya pada aspek paham dan Praktik keagamaan. Sedangkan yang kedua (pendekatan sejarah) digunakan untuk melacak sejarah kedatangan dan proses dinamika kehidupan keberagamaan masyarakat keturunan Arab dari waktu ke waktu. Kedua pendekatan ini dijalankan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data terkait keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change) yang ada di dalamnya. Penelitian ini memanfaatkan data-data lapangan (field research) selama empat bulan Desember 2017 ? Maret 2018, dengan mengacu kepada beberapa sumber data: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Observasi digunakan dengan menempatkan peneliti sebagai semi-partisipan (semi-participant observation). Sedangkan wawancara digunakan untuk menggali secara mendalam (depth interview) dari beberapa beberapa pihak sebagai pihak yang diwawancarai (interviewee) untuk memperoleh data langsung yang dinamis dengan menerapkan teknik purposive sampling. Sementara studi dokumentasi dijalankan untuk menemukan beberapa data penguat dari kedua instrumen sebelumnya, baik dalam bentuk dokumen tertulis (buku, majalah, naskah, dan arsip lembaga) maupun dokumen digital (foto, recording, dan video). Metode ini didukung oleh teori kebudayaan Clifford Geertz, melalui penafsiran sistem-sistem simbol makna kultural secara mendalam dan menyeluruh dari perspektif para pelaku kebudayaan itu sendiri (thick description). Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, sebagian besar masyarakat keturunan Arab Hadhrami memelihara dan memupuk paham dan Praktik keagamaan dari leluhur mereka di Hadhramaut. Di antara upaya-upaya melestarikan dan mempertahankan adalah melalui ritual dan tradisi keagamaan, penyelenggaraan pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal yang dimaksud adalah Madrasah Ibtidaiyah Fatimiyah dan SD YIMI. Sedangkan pendidikan non formal diselenggarakan dalam bentuk Madrasah Diniyah Ihya xii Ulumudin. Kedua, sebagian kecil masyarakat keturunan Arab Hadhrami mengalami perubahan paham dan Praktik keagamaan akibat adanya interaksi dan kontak intelektual dengan dunia luar: baik dalam konteks trans-nasional (seperti Syi?ah akibat pengaruh Revolusi Islam Iran 1979) maupun konteks nasional (seperti FPI). Ketiga, perubahan pada sebagian kecil masyarakat keturunan Arab tersebut menimbulkan konflik di satu sisi, tetapi di sisi lain konflik tersebut bisa diredam karena peran para tokoh kharismatik di kalangan habaib itu sendiri. Keempat, masyarakat keturunan Arab cenderung memiliki kesamaan dalam pandangan dan sikap politik keagamaan karena faktor determinasi ketokohan yang ada di kalangan mereka. Kelima, penelitian ini memiliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan temuan para peneliti sebelumnya (seperti Bisri Affandi, Mobini Kesheh, dan Abdul Rachman Patji). Para peneliti sebelumnya berpandangan bahwa paham dan Praktik keagamaan golongan Sayyid memiliki kesamaan dengan Nahdlatul Ulama (NU), dan golongan Non-Sayyid dengan Muhammadiyah. Sementara dalam penelitian ini, ditemukan data yang berbeda, di mana ritual dan praktik keagamaan di antara kedua golongan itu berjalan secara harmonis; tidak ada perbedaan yang tajam. Salah satu bukti adanya keharmonisan kedua golongan ini adalah tidak adanya organisasi sektarian-keagamaan seperti al-Khairiyah (mewakili golongan Sayyid) dan al-Irsyad (mewakili golongan Non Sayyid).