Eklektisisme Mohammed Arkoun Dalam Konteks Pembacaan Al-Quran Kontemporer
Main Author: | Mukhrij Sidqy |
---|---|
Format: | Doctoral |
Terbitan: |
Pustakapedia
|
Daftar Isi:
- Bagi Arkoun, sistem pemikiran Islam tradisional belum memadai untuk merespon secara baik perkembangan ilmu-ilmu modern Barat. Dalam dunia pemikiran kontemporer, Islam kerap tidak mampu menjawab tantangan-tantangan ilmu baru. Hal ini disebabkan pemikiran Islam belum juga mau membuka diri terhadap nilai-nilai kemodernan. Antara Barat dan Islam ada jarak epistemologis. Antara nalar Islam-skolastik yang konservatif dengan nalar Barat-modern yang kritis, inventif dan progresif memiliki jurang pemisah. Maka, tugas pemikir Islam, termasuk tugas yang diemban dirinya adalah melakukan proyek pendekatan antara dua nalar ini. Arkoun mencapai pemikiran liberal dengan dekonstruksi. Baginya, dekonstruksi adalah sebuah ijtihad. Tegasnya, dekonstruksi akan memperkaya sejarah pemikiran dan akan mendinamisir pemikiran Islam kontemporer. Masalah-masalah yang selama ini telah ditekan, ditabukan, dibatasi, dilarang dan semua itu diklaim sebagai sebuah kebenaran, jika didekonstruksi, maka semua diskursus tadi akan menjadi diskursus terbuka. Arkoun mendekonstruksi dengan menggunakan pendekatan historisitas sebagaimana yang telah dilakukan hermeneut Barat seperti M. Heidegger (1889-1976), J.P. Sartre (1905-1980), P. Ricour dan lainnya. Bagi Arkoun, pendekatan hermeneutis-historis, sekalipun berasal dari Barat, namun pendekatan tersebut bukan hanya sesuai untuk warisan budaya Barat saja. Baginya, pendekatan tersebut dapat diterapkan dalam semua sejarah umat manusia. Menurutnya lagi, tidak ada jalan lain dalam menafsirkan wahyu kecuali menghubungkannya dengan teks historis.