Islam dan Etnis Tionghoa, Studi Kasus Komunitas Cina Benteng di Tangerang: Tinjauan Historis

Main Author: Bambang Permadi
Format: Masters
Terbitan: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Daftar Isi:
  • Cina Benteng, adalah sebutan yang lazim untuk masyarakat keturunan entnis Tionghoa di Tangerang, Banten. Penyebutan kata Benteng mengacu pada bangunan sebuah benteng yang didirikan oleh pemerintah colonial Belanda di kota Tangerang, tepatnya sebelah Selatan sungai Cisadane. Walaupun sekarang mereka sudah menyebar ke seantero tangerang namun penyebutan kata Benteng terlanjur identik dengan Tangerang sehingga untuk masyarakat Tionghoa yang tinggal di Tangerang disebut dengan Cina Benteng. Dari sisi identitas, masyarakat Cina Benteng berbeda dari komunitas masyarakat Tionghoa lain di Indonesia. Cina Benteng lebih akomodatif terhadap budaya pribumi bahkan dari beberapa kesenian dan tradisi tergambar kolaborasi yang harmonis antara alat-alat musik dari Tionghoa dengan alat musik tradisional Jawa dan Melayu seperti yang terlihat pada kesenian Gambang Kromong. Dalam beberapa hal budaya Tiongkok juga ikut mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakat pribumi. Cina Benteng adalah bentuk sempurna dari akulturasi budaya masyarakat keturunan Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Peristiwa kawin campur yang terjadi sejak ratusan tahun lalu menyebabkan penampilan fisik orang Cina Benteng tak berbeda dengan warga pribumi Tangerang. Ada sebutan yang agak merendahkan terhadap orang Cina Benteng yang berkulit gelap, yaitu Hitaci, Singkatan dari kalimat Hitam Tapi Cina. Hampir tak pernah ada konflik yang serius antara pribumi dan keturunan Tionghoa.Penerimaan orang-orang Cina Benteng terhadap budaya pribumi yang notabene Islam rupanya tidak berbanding lurus dengan penerimaan mereka terhadap Islam sebagai dogma. Sangat sedikit orang Cina Benteng yang memeluk agama Islam jika dibandingkan dengan mereka yang memeluk Kristen atau Budha. Hal ini menjadi anomali manakala kita percaya pada anggapan bahwa sebagian dari Walisongo, penyebar Islam di tanah Jawa merupakan keturunan dari etnis Tionghoa. Pendekatan historis dipilih penulis untuk mengungkap apa yang menjadi penyebab Islam sebagai agama tidak menarik untuk diikuti oleh sebagian besar warga Cina Benteng. Tentunya sejarah kedatangan para leluhur mereka ke Nusantara dan lebih spesifik ke Tangerang menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Hal paling penting yang ingin diungkap penulis adalah bagaimana relasi orang Cina Benteng dengan Islam sebagai agama dan sebagai budaya orang pribumi.