Dimensi sufistik puisi tapi dan belajar membaca karya Sutardji Calzoum Bachri dan implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Kelas XII
Main Author: | Fajar Setio Utomo |
---|---|
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Sikap hidup pragmatis dari sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini, mengakibatkan terkikisnya nilai luhur budaya bangsa. Berdasarkan hal tersebut peran sastra dirasa menjadi semakin penting untuk disosialisasikan dan ?dibumikan? melalui instuisi pendidikan. Hal ini cukup beralasan, sebab sastra mengandung nilai estetik dan moral yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia. Hal ini cukup beralasan, sebab secara sederhana puisi adalah segala bentuk ekspresi dengan memakai bahasa sebagai basisnya. Metode penelitian yang dipakai adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka dan catat sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode pembacaan model semiotik yang terdiri dari tiga tahapan analisis, yaitu; sintaksis, semantik, dan pragmatik. Puisi ?Tapi? dan ?Belajar Membaca? dalam hal ini sarat dengan gagasan tasawuf Wahdatul Wujud, yang menunjukkan berpadunya eksistensi manusia dengan eksistensi Tuhan, berpadunya dimensi insaniyah dengan dimensi Ilahiyah, bersatunya makhluk dengan Khalik, sehingga terlihat bahwa terdapat dua dimensi sufistik, yakni dimensi transenden dan dimensi imanen. Dimensi sufistik yang terdapat pada puisi ?Tapi? dan ?Belajar Membaca? mengajarkan aspek rohani dan moral kepada siswa, dan memberi tahu bahwa puisi memiliki fungsi yang esensial. Dalam hal kebahasaan, puisi ini pun melatih dan mengajarkan siswa untuk lebih memahami konstruksi bahasa baik dalam segi sintaksis, semantik, maupun pragmatik. Melalui pendekatan semiotik pembelajaran materi sastra dan tata kebahasaan dapat saling mendukung.