Rambu Solo Makna Upacara kematian di Tana Toraja
Main Author: | Muhammad Sapril |
---|---|
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://tulis.uinjkt.ac.id/file?file=digital/2018-11/88020-MUHAMMAD SAPRIL-PDF.pdf |
Daftar Isi:
- Rambu Solo merupakan sebuah tradisi dalam bentuk upacara yang diwariskan secara turun temurun pada masyarakat Toraja. Bagi masyarakat Tana Toraja, seorang yang meninggal dunia lantas belum diupacarakan, maka masih dianggap terbaring, sakit, atau diistilahkan ?TOMAKULA?. Sebab bagi mereka, perjuangan tidak hanya terjadi di kehidupan dunia ini saja, tapi juga pasca kematian atau yang dikenal dengan Bombo, To Mebbali Puang, dan Data Bombo. Fase pasca kematian ini adalah fase di mana arwah orang yang meninggal masih bergentayangan. Itulah mengapa upacara Rambu Solo? sangat diharuskan untuk dilaksanakan. Dalam penelitian ini penulis menguraikan sejarah masyarakat Tana Toraja dari awal masuknya ke wilayah Sulawesi Selatan hingga pola penyebarannya. Setelah itu akan dipaparkan proses umum dari upacara Rambu Solo' berikut tata cara, peralatan dan tingkatan-tingakatannya sesuai dengan tradisi yang kuat berakar pada masyarakat Toraja. Untuk mempermudah penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologis dimana pendekatan ini mendekati dan meneliti sesuatu yang berhubungan dengan manusia (masyarakat) sebagai makhluk hidup atau makhluk sosial budaya dengan metode bersifat deskriptif-kualitatif dengan data sekunder yaitu studi pustaka (library reserch) yaitu mengkaji beberapa literatur yang ada, dan data primer yaitu melalui observasi dan wawancara dengan pihak terkait dengan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah Makna upacara Rambu Solo? memiliki banyak dimensi yang dikaji: Pertama, makna secara religius. Dalam tradisi masyarakat Tana Toraja sangat erat dengan Sang Pencipta. Dalam Upacara ini diyakini akan mempermudah arwah dalam perjalanannya menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur di sebuah tempat peristirahatan yang dikenal dengan istilah Puya. Kedua, makna secara sosial. Upacara Rambu Solo? sebagai penghibur batin bagi keluarga yang ditinggalkan. Dalam penyediaan kerbau, disiapkan oleh pihak keluarga berdasarkan hasil kesepakatan mereka. Tidak hanya itu, sumbangan dalam bentuk lain seperti babi dan uang juga bisa diberikan. Setelah menyembelih kerbau, maka dagingnya dibagikan kepada warga sekitar yang hadir pada acara tersebut. Artinya fungsi sosial upacara ini memiliki dimensi gotong royong dan saling tolong menolong, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial diantara masyarakat.