Evaluasi Daya Penetrasi Etil p-Metoksisinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Sediaan Salep, Krim, dan Gel

Main Author: Charinna Agus Prabawati
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Online Access: http://tulis.uinjkt.ac.id/file?file=digital/2018-10/87556-CHARINNA AGUS P-PDF.pdf
Daftar Isi:
  • Etil p-metoksisinamat (EPMS) merupakan senyawa isolat terbesar dari ekstrak minyak atsiri kencur (Kaempferia galanga L.) yang memiliki aktivitas antiinflamasi. Pada penelitian ini EPMS diformulasikan ke dalam tiga bentuk sediaan setengah padat untuk tujuan terapi lokal antiinflamasi. Efek optimal dari sediaan yang telah dibuat dapat dinilai dari daya penetrasi obat melalui kulit teratas melalui uji penetrasi secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat profil pelepasan EPMS dari pembawanya, mempelajari pengaruh perbedaan formulasi sediaan tehadap kecepatan penetrasi EPMS melalui membran difusi, dan menentukan sediaan dengan daya penetrasi EPMS tertinggi. EPMS diisolasi dari ekstrak n-heksan kencur melalui tahap pemisahan kristal dan pencucian kristal. Kemurnian isolat kristal EPMS di uji dengan metode KLT, titik leleh dan Kromatografi Gas Spetrofotomeri Massa (GC-MS). Kristal EPMS hasil isolasi kemudian diformulasikan ke dalam sediaan salep, krim dan gel dengan kadar 1% pada masing-masing sediaan. Kadar EPMS dalam sediaan ditetapkan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Pengujian penetrasi in vitro dilakukan dengan alat sel difusi franz menggunakan membran difusi berupa kulit tikus galur Sprague Dawley. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kristal isolat dari kencur adalah murni EPMS 100%. Kadar EPMS dalam sediaan salep, krim, dan gel berturut-turut yaitu 0,86%, 1,03% dan 1,00%. Persentase jumlah kumulatif EPMS yang terpenetrasi per luas area pada jam ke-6 dari sediaan salep, krim dan gel berturut-turut yaitu 49,71 ± 3,85%, 77,29 ± 3,01%, dan 89,98 ± 4,82%. Kecepatan penetrasi EPMS pada jam ke-6 dari sediaan salep, krim, dan gel berturut-turut yaitu 45,22 ± 3,50 μgcm-2jam-1, 84,39 ± 3,29 μgcm-2jam-1 dan 98,24 ± 5,26 μgcm-2jam-1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan gel memiliki daya penetrasi tertinggi diikuti sediaan krim dan salep.