Gambaran Faktor-Faktor Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010)
Main Author: | Shella Monica Dalimunthe |
---|---|
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Masalah gizi merupakan penyebab sepertiga kematian pada anak. Stunting menjadi indikator kunci dari kekurangan gizi kronis, seperti pertumbuhan yang melambat, perkembangan otak tertinggal dan sebagai hasilnya anak-anak stunting lebih mungkin mempunyai daya tangkap yang rendah. Dari data Riskesdas 2010 beberapa provinsi dengan jumlah kejadian balita stunting tertinggi menunjukkan bahwa kejadian balita stunting banyak terdapat pada rentang usia 24-59 bulan. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu Provinsi yang memiliki prevalensi stunting diatas prevalensi nasional. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Studi ini menggunakan data sekunder yaitu dengan menganalisis data dari penelitian Riskesdas 2010 di Provinsi NTB. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 388 balita berusia 24-59 bulan di Provinsi NTB. Variabel independen yang diteliti dalam penelitian ini yaitu asupan energi balita, asupan protein balita, jenis kelamin, berat lahir balita, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, wilayah tempat tinggal balita dan status ekonomi keluarga. Sedangkan variabel dependennya adalah kejadian stunting. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner riskesdas. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami stunting sebanyak 56.36%, sedangkan balita normal sebanyak 43.63%. Sebanyak 58.22% balita memiliki asupan energi kurang, sedangkan 41.77% lainnya memi liki asupan energi cukup. 51.70% balita memiliki asupan protein cukup dan sisanya masih memiliki asupan protein kurang. Sebanyak 51.59% balita berjenis kelamin perempuan, sisanya berjenis kelamin laki- laki. Balita lahir dengan BBLR sebanyak 8.62%, sedangkan sisanya lahir dengan berat badan normal. Sebanyak 72.06% anak berasal dari keluarga besar, sisanya berasal dari keluarga kecil. Sebagian besar ibu balita berpendidikan rendah, hanya sebanyak 33.13% yang berpendidikan tinggi. Ayah dengan pendidikan rendah sebanyak 71.51%, sisanya berpendidikan tinggi. Sebanyak 66.8% ibu balita merupakan ibu rumah tangga, sisanya berkerja. Sebanyak 97.03% ayah balita bekerja, sisanya tidak bekerja. 41.77% balita tinggal di daerah perkotaan, sisanya di pedesaan. Hanya sebesar 17.53% balita yang berasal dari keluarga berstatus ekonomi tinggi, sisanya berstatus ekonomi rendah.