Epistemologi Balagah Studi atas miftah al-ulum Karya AL-Sakaki
Format: | Masters |
---|---|
Terbitan: |
Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://tulis.uinjkt.ac.id/file?file=digital/2018-4/85436-DAUT LINTANG -PPS.pdf |
Daftar Isi:
- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teori penulisan yang dilakukan oleh al-Sakaki dalam karyanya Miftāh al- ?Ul ūm. Miftāh al-?Ul ūm dipandang sebagai warisan ilm bal āghah yang sangat memukau banyak ahli. Telah dikemukan oleh Al- Suyuthi (1979 M) dan Abbas Baidhun (2013 M) bahwa Miftāh al- ?Ul ūm adalah karya seni linguistic yang sangat brilian bahkan mereka menjuluki al-Sakaki sebagai bapak ilm balāghah, karena telah melahirkan teori-teori penting dalam berbahasa. Yusuf Rizqah (1999 M) menyebutnya dengan istilah Qawā?id wa Dzawq al-Lughowiyyah dengan menggunakan empirisme (al-bayānī), rasionalisme (al-burhānī) dan intuisionisme (al-?irf ānī). Kendati demikian, penelitian ini berbeda pendapat dengan Khaṭib al-Qazwaini (1268 M), Muhammad Waqidi (1999 M), Tammam Hassan (2011 M) yang mengatakan bahwa Miftāh al- ?Ul ūm banyak kelemahan dan kekurangannya, hingga pada akhir abad ke-7 H al-Qazwaini pun melakukan sebuah terobosan baru dengan menkonsktuksi kembali karya tersebut, kemudian dikenal dengan Talkhis Miftāh ?Ul ūm. Bahkan, Ali Nikmah (2013) mengemukakan bahwa epistemologi Miftāh al-?Ul ūm adalah murni rasionalisme, karena di dalamnya memuat Grammar Language. Penulis menggunakan metode penelitian bahasa secara sinkronis yaitu penelitian deskriptif dan pendekatan hermeneutika rekonstruksi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, jenis studi literatur atau kepustakaan. Tesis ini menyimpulkan bahwa proses epistemologi al- Sakaki melalui sarana pencapaian ilmu pengetahuan merupakan sebuah sintetik-integralistik yang mengkombinasikan ketiga epistemologi sekaligus yakni dengan cara menempatkan ketiga sarana pencapaian ilmu panca indera, akal dan intuisi pada proporsinya, dan pada kenyataannya ditemukan bahwa Miftāh al-?Ul ūm bagai kan kaidah sintaksis dan belum mengarah kepada artistik sebagai tujuan utama ilmu balagah. Dalam penelitian ini penulis mendukung pendapat yang dikemukakan oleh al-Qazwaini dan Ali Nikmah tentang penyempurnaan epistemologi penulisan Miftāh al-?Ul ūm agar menjadikan keduanya seimbang sesuai tujuan keilmuannya yakni Qawā?idiyyah wa Dhawqiyyah. Sebagaimana disarankan oleh Tamman Hassan untuk meninjau ulang keilmuannya dengan mengunnakan metode critical linguistic.