Keragaman genetik beberapa aksesi jagung dari Nusa Tenggara Timur berdasarkan profil Inter Short Sequence Repeat (ISSR)
Main Author: | Kusumadewi Sri Yulita |
---|---|
Format: | Journal |
Terbitan: |
LIPI
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Di Indonesia, Jagung (Zea mays L.) merupakan sumber biji-bijan kedua terpenting setelah beras. Jagung bahkan telah menjadi makanan pokok wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terkenal dengan sistem pertanian lahan keringnya. Survai terdahulu menunjukkan bahwa di NTT terdapat beberapa jagung ras lokal yang belum terekam sepenuhnya. Petani-petani tradisional lebih suka menggunakan jagung ras lokal dibandingkan jagung hibrid yang lebih populer karena jagung ras lokal sudah terbukti tahan terhadap serangan sejenis kumbang dan juga sudah teradaptasi dengan baik pada lingkungan yang kering. Oleh karena itu petani-petani lokal secara terus menerus menggunaka jagung ras lokal untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Informasi mengenai keragaman plasma nutfah jagung ras lokal sangat penting untuk pengembangan plasma nutfah jagung. Tujuan dari peneliian ini adalah untuk memperkirakan keragaman genetik dan fenotipik dari 15 aksesi jagung yang berasal dari sembilan ras yang dikoleksi dari enam lokasi di NTT berdasarkan sidik Inter Short Sequence Repeat (ISSR) dan beberapa karakter morfologi. Lima primer ISSR (UBC 809, 822, 834, 876 dan 892) diskrin dan dua diantaranya (UBC 809 dan 834) terseleksi untuk analisis. Primers ini menghasilkan 16 pita yang dapat diskor dengan dua pita monomorfik, yaitu UBC 809 pada ukuran 700 bp dan UBC 834 pada ukuran 900 bp. Analisis pengelompokkan dibuat berdasarkan profil ISSR menggunakan metoda UPGMA. Jarak genetik berkisar antara 0.30-0.80 menunjukkan adanya keragaman genetik yang cukup luas antar akesesi jagung. Analisis yang menggabungkan profil ISSR dan karakter morfologi menghasilakan keragaman genetik yang lebih tinggi yang ditunjukkan lewat koefisien jarang genetik yang lebih luas, yaitu antara 0.52-1.25. Sebagaimana halnya dengan data dari profil ISSR, data gabungan juga menunjukkan bahwa seluruh aksesi tidak mengelompok berdasarkan rasnya atau progeninya.