Representasi kekerasan terhadap perempuan dalam media massa: analisis wacana tayangan Harta Tahta Wanita di Trans TV

Main Author: Arsita Murtisari
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Subjects:
Online Access: http://tulis.uinjkt.ac.id/file?file=digital/2017-8/81597-ARSITA MURTISARI-FDK.pdf
Daftar Isi:
  • Tingkat kekerasan terhadap perempuan hingga saat ini masih tetap tinggi dan terjadi hampir terjadi di semua ranah, baik dalam ranah keluarga maupun publik. Perempuan selalu dijadikan objek dan diposisikan di bawah subordinat laki-laki. Isu mengenai kekerasan terhadap perempuan sudah menjadi isu global dan banyak mengundang perhatian berbagai kalangan. Kasus-kasusnya pun sudah banyak ditampilkan dalam bentuk berita maupun tayangan di televisi. Program acara yang menayangkan kasus kekerasan terhadap perempuan salah satunya adalah Harta Tahta Wanita di Trans TV. Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana penggambaran perempuan ditinjau dari posisi subjek-objek berdasarkan analisis wacana Sara Mills dalam tayangan Harta Tahta Wanita? Bagaimana penggambaran perempuan ditinjau dari posisi pembaca dalam tayangan Harta Tahta Wanita? Bagaimana penggambaran kekerasan terhadap perempuan dalam tayangan Harta Tahta Wanita? Teori yang digunakan adalah teori representasi yang diperkenalkan oleh Stuart Hall. Mejelaskan tentang salah satu cara untuk memproduksi suatu makna. Dalam penelitian ini yang menjadi persoalan paling utama adalah bagaimana realitas atau objek tersebut ditampilkan. Apakah seseorang, sekelompok orang, maupun gagasan itu ditampilkan sebagaimana mestinya, dan bagaimana representasi itu ditampilkan, baik melalui sebuah kata, kalimat, aksentuasi, foto, maupun tayangan kepada khalayak. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana Sara Mills. Analisis wacana Sara Mills ini memiliki dua konsep, yaitu konsep mengenai posisi-posisi aktor yang ditampilkan dalam sebuah teks. Posisi yang dimaksud adalah posisi subjek dan objek, yaitu siapa yang menjadi pencerita (subjek) dan siapa yang diceritakan (objek), dan posisi pembaca. Representasi perempuan dalam media massa cenderung diposisikan sebagai objek penceritaan, sementara posisi subjek didominasi oleh laki-laki. Dengan diposisikannya laki-laki sebagai subjek penceritaan, mereka bebas menceritakan dirinya dan tindakan yang dilakukannya berdasarkan perspektifnya sendiri tanpa memunculkan suara perempuan