Konsepsi Takwil Dalam Doktrin Teologi Abu Mansur Al-Maturidi

Main Author: Izzatu Tazkiyah
Format: Masters
Terbitan: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Subjects:
Online Access: http://tulis.uinjkt.ac.id/file?file=digital/2017-7/81123-IZZATU TAZKIYAH-PPS.pdf
Daftar Isi:
  • Penelitian ini membuktikan bahwa konsepsi takwil yang dikonstruk al-Ma>turi>di> dalam tafsirnya (secara umum) nampak begitu longgar. Artinya bahwa varian makna yang dihadirkan tersebut menunjukan bahwa al-Ma>turi>di> tidak memperlakukan teks secara kaku sehingga mampu memberikan kelonggaran makna secara obyektif. Hanya saja, objektivitas makna tersebut terkadang tereduksi oleh pandangan-pandangan teologisnya yang nampak subyektif. Di satu sisi dengan bias ideologisnya tersebut, al-Ma>turi>di> mampu meredam paham-paham yang dinilai berseberangan dengan ajaran Islam, tetapi di saat yang bersamaan menunjukan bahwa al-Ma>turi>di> berusaha membasiskan doktrin teologi Sunni. Penelitian ini sejalan dengan Ahmad al-Bahra>ni> (1999), Yusu>f al-Qard{a>wi> (2000), ?Abba>s Ami>r (2008) dan M. Quraish Shihab (2015) yang berpendapat bahwa obyektivitas makna dapat dihadirkan oleh seorang penakwil, jika dalam penakwilannya mematuhi standar ataupun syarat diberlakukannya takwil. Jika tidak demikian, maka ia akan digiring oleh subyektivitasnya untuk mengalihkan makna ayat sesuai dengan pra-konsepsinya. Penelitian ini juga memperkuat Manfred Gotz (1999) dan Angelika Brodersen (2013) yang menyimpulkan bahwa subyektifitas makna yang ditunjukan oleh al-Ma>turi>di> dalam penakwilannya mampu meredam sekte liar sekaligus menjembatani aliran tradisionalis dan rasionalis dengan tidak menjadikannya berlawanan, tetapi sebagai korelasi penting. Sebaliknya, penelitian ini tidak sependapat dengan Nashirudin al-Ba>ni> (1983), Abdullah bin Baz (1999) yang berkesimpulan bahwa membuka pintu takwil sebagai metode alternatif memahami teks akan mengantarkan pada penghancuran agama bahkan menodai sakralitas teks. Oleh karena itu, makna lahiriyah al-Qur?an wajib diimani. Penelitian ini juga tidak sependapat dengan Muhammad Sayyid al-Jiliyand (1983) yang berpendapat bahwa takwil yang dihadirkan oleh mutakallimi>n tidak sejalan dengan kaum Salaf. Sumber primer penelitan ini adalah tafsir al-Ma>turi>di > yang berjudul Ta?wi>la>t Ahl al-Sunnah dan Kita>b al-Tawh}i>d. Sementara sumber sekunder adalah karya-karya ilmiah dalam bentuk buku, tesis, disertasi, jurnal, dan book review, yang berkaitan dengan objek penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Sementara pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan tafsir komparatif dan teologis.