Hubungan tingkat intensitas kebisingan dengan ganguan pendengaran pekerja di area pabrik pengolahan kelapa sawit PT smart Tbk Padang Halaban Mill Kabupaten Labuhan Ratu sumatera Utara tahun 2010

Main Author: DALIMUNTHE, Siti Fatimah
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Subjects:
Daftar Isi:
  • Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Masalahnya, kemudian timbul bising di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan pekerja. PT SMART Tbk Padang Halaban Mill Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit, dimana pada proses produksinya menggunakan alat-alat/mesin-mesin yang menimbulkan bunyi bising. Hasil tes audiometri tahun 2009 dari 37 pekerja terdapat sembilan orang (24,32%) yang mengalami gangguan pendengaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa pengukuran intensitas kebisingan, serta pengisian lembar kuesioner yang diberikan kepada masing-masing pekerja, sedangkan data sekunder berupa data perusahaan (hasil tes audiometri, profil perusahaan). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan area pengolahan PT SMART Tbk Padang Halaban Mill tahun 2010, sedangkan sampelnya adalah seluruh pekerja yang mengikuti tes audiometri pada tahun 2008, 2009, dan 2010 yaitu sebanyak 84 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami gangguan pendengaran sebanyak 29,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang berhubungan bermakna dengan gangguan pendengaran pekerja, yaitu variabel lama pajanan (Pvalue 0,033), riwayat penyakit telinga (Pvalue 0,017) dan masa kerja (Pvalue 0,018). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah tingkat intensitas kebisingan, umur, penggunaan APT, dan pola pajanan temporal (Pvalue >0,05). Dari hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa variabel riwayat penyakit telinga, lama pajanan, dan masa kerja merupakan konfonding hubungan tingkat intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan sebaiknya dilakukan Medical Chek Up (tes audiometri), pada saat pekerja pertama kali bekerja. Sebaiknya pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam diberikan waktu istirahat di tempat yang tidak bising untuk mengurangi lama pajanan kebisingan terhadap pekerja. Pekerja yang telah bekerja lebih dari 10 tahun sebaiknya tidak dipekerjakan di stasiun/lokasi yang tingkat kebisingannya melebihi NAB. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan menggunakan desain penelitian case-control, menggunakan variabel dosis pajanan yang dihubungkan dengan gangguan pendengaran pekerja, variabel pola pajanan temporal sebaiknya melakukan observasi langsung, meneliti faktor-faktor lain seperti penggunaan obat ototoksik, riwayat pekerjaan, cara pekerja menggunakan APT dengan benar serta berapa persen penurunan pendengaran yang dialami pekerja.