Simulacra dan hiperreal �pemikiran Jean Baudrillard tentang kebudayaan posmodern�

Main Author: Yusuf Hamdani
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ushuluddin
Subjects:
Daftar Isi:
  • Istilah simulacra sendiri digunakan oleh Baudrillard untuk menerangkan hubungan-hubungan produksi, komunikasi, dan konsumsi dalam masyarakat konsumer kapitalis Barat, yang dicirikan oleh overproduksi, overkonsumsi, overkomunikasi melalui media massa, iklan dan fashion, supermarket, industri hiburan, turisme, dan sebagainya. Baudrillard menguraikan bagaimana fase-fase citra, yang awalnya merupakan refleksi dari realitas menjelma menjadi simulacrum yang bahkan tidak ada hubungannya dengan realitas apapun dan dimanapun. Pertama, ini merupakan refleksi dari realitas dasar. Kedua, ini menutupi dan merusak realitas dasar. Ketiga, ini menutupi ketiadaan dari relitas dasar. Keempat, ini menghasilkan ketiadaan hubungan dengan realitas apapun, ini murni merupakan simulcarum. Hiperrealitas sendiri yaitu sebuah kondisi atau pengalaman kebendaan, ruang yang dihasilkanya (simulacra). Awal dari era hiperrealitas ditandai dengan bangkrutnya makna, pertanda dan realitas, yang diambil alih oleh permainan bebas penanda. Dunia hiperrealitas adalah dunia yang disarati oleh silih bergantinya produksi (Simulacrum dalam term Baudrillard) objek-objek yang tidak punya realitas referensi sosial, objek-objek yang dibuat di atas kerangka meleburnya realitas dengan fantasi, fiksi, halusinasi, dan nostalgia, sehingga perbedaan satu sama lainya sulit dibedakan