Analisis efektivitas penanganan produk tepung terigu PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills, Jakarta Utara

Main Author: ROSYIDI, Ahmad
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Sains dan Teknologi
Daftar Isi:
  • RINGKASAN AHMAD ROSYIDI, Analisis Efektivitas Penanganan Produksi Tepung Terigu, di PT.ISM Bogasari Flour Mills. Jakarta. (Di bawah bimbingan NUNUK ADIARNI dan LILIS IMAMAH leRnAYATI) Penelitian dilakukan dengan tujuan, mengetahui penanganan proses produksi serta hasil produksi yang ditargetkan tanpa ada perubahan kualitas terhadap produk. Pada penanga'lan produksi perusahaan menginginkan agar pemanfaatan sumber daya menjadi optimal dengan biaya minimum. Data dianalisis dengan Program Linier dengan alat bantu komputerisasi progran1 LINDO sebagai pencarian nilai optimal, sedangkan model lain yang digunakan yaitu peramalan produksi guna memprediksi saat produksi sekarang atau dimasa yang akan datang dengan kapasitas yang sudah ditentukall. Hasil peramalan produksi berdasarkan data-data masa lalu yang diolah menggunakan Time Series, yang diperoleh nilai produksi Tahun 2005 sebesar 1.471.561,44 Ton dan Tahun 2006 sebesar 1.531.078,63 Ton. Tepung terigu merupakan produk yang cenderung naik/ turun sehingga mengalami tingkat produksi yang musiman. Seperti Tahun 2003 produksi berkurang sebesar 296.590,67 Ton kemudian produksi bertambah saat Tahun 2004 sebesm' 583.551,27 Ton. Melihat perkembangan Trend prodnksi maka pengukuran periode bulanan di hitung dengan mencari rata-rata indeks musiman yaitu data 2003 dan 2004 dari Januari sampai Desember yang menghasilkan nilai peramalan produksi bulan Juni, Juli, dan Agustus 2005 rata-rata 29.118,19 Ton (CK), 1.635,61 Ton (Fsa Flour), 2.567,01 Ton (SB), 5.099,66 Ton (KB), 4.340,12 Ton (KE), 14.776,84 Ton (LM), 17.209,69 Ton (Pyg), 1.162,55 Ton (MP), 257,59 Ton (TM), dan 13.734,15 Ton (SH). Data tersebut digtmakan untuk produksi selanjutnya guna mencapai produk yang sesuai permintam1 dan spesifikasi dari masing-masing produk. Berdasarkan peramalan didapatkan standar kesalahan dengan hasil sebesar � 3 (n = 99,9%) dan nilai Mean Absolute Deviation (MAD) belianda positif itu artinya nilai perarnalan yang dhnaksudkan lebih kecil dibanding dengan nilai aktual. Semakin besar nilai deviasi yang didapatkan maka tingkat penyimpangan akan semakin kecil, sebaliknya semakin kedl nilai deviasi maka tingkat penyimpangan semakin besar. Jumlah produksi disesuaikan dengan jenis gandum yaitu dengan ekstraksi tepung sebesar 0,76%, kapasitas mesin rata-rata sekitar 31,1 Ton! Jam, dan kelancaranjalannya aliran zat additive (67 ppm). Aliran produk di set-up dengan ketentuan batas pengendalian kualitas yaitu setiap tingkat keluaran produk ratarata. tepung dihasilkan sebesar 23,6 Ton! Jam setelah mengalami proses pembersihan, conditioning, dan penggilingan. Pengendalian produksi dilakukan dengan tindakan korektif setelah outputs yang diliasilkan sesuai dengan target dan petel1,canaan yaitu menganalisis proses produksi apakah sesuai atau tidak. Dari 10 ienis merk teounlZ terilZU dianaJi~i~ hrc1~~~rbl1 11'110'l1l1oliol1 tingkat kesalahan dalam analisis (standar deviasi rata�'rata � 0,022) dan untuk gandum sampel sekitar 84,85 g dengan standar dl!Viasi rata-rata � 0,037. Pengambilan sampel diambil pada tiap dua Jam sekali yaitu sampel gandum dan tepung terigu. Pada pemanfatan mesin produksi guna mencapai produk yang sesuai, diperoleh batas pengendalian kualitas terutama bahan baku gandum yaitu lUltuk batas bawah (LCL) sebesar 0,88% dan batas atas DCL sebesar 10,9%. gandum yang akan diproses dirata-ratakan dari hasil pengolahan kualitas sebesar 5,98% dan 5,79%, itu artinya kesesuaian dari masing-masing gandum akan kualitas sudah memenuhi syarat, bahwa penerimaan produk dapat diterima yang mana persentase kualitas di bawah batas pengendalian DCL dan di atas LCL. Sedangkan batas pengendalian kualitas tepung terigu dalam proses produksi sebesar 7,73% (DCL) dan 2,62% LCL dengan proporsi standar deviasi 0,0128. Produk yang dihasilkan setelah mangalami proses pengamatan sebesar 5,21% dan 5,15%. Masing-masing merk tepung yang dihasilkan sudah bisa diterima, dari pengawasan kualitas sesuai dengan spesifikasi produk karena tidak melewati batas pengendalian kualitas. Penggunaan sumber daya saat produksi mencapai hasil yang efektif, dengan kata lain setiap tingkat keluaran produk berdasarkan standardisasi kapasitas dan kualitas. Proses produksi dilakukan pada bulan Juni, Juli, dan Agustus guna mencari solusi optimtIDl setelah menganalisis jenis merk tepung terigu dan gandum. Nilai produksi optimal yang dihasilkan 89720 Ton yang diantaranya adalah 1037 Ton (CK), 26273 Ton (Fsa F), 91 Ton (SB), 182 Ton (KB), 155 Ton (KE), 526 Ton (LM), 613 Ton (Pyg), 41 Ton (MP), 60312 Ton (TM), dan 489 Ton (SH) dengan biaya minimum Rp 89,95 milyar sedangkan produksi aktual sebesar 108.351,48 Ton dari biaya keseluruhan adalahRp 158,4 milyar. Hasil optimal berdasarkan kendala-kendala yang ada dari alokasi sumber daya yang dimanfaatkan seperti gandum, air, listrik, kapasitas penampungan tepung, Jam kerja, dan kapasitas Mill. Pencapaian target produksi sudah tepat pada sasaran yaitu jumlah produksi lebih besar dari permintaan akan tepung terigu. Berdasarkan hal tersebut, maka pada saat produksi perulintaan mengalami penambahan. Pencapaian nilai optimal memberikan manfimt buat pemsahaan dari pemakaian sumber daya sampai fungsi tujuan sehingga efektivitas penanganan produksi dapat dilihat berdasarkan nilai-nilai optimal dan pengamatan terhadap produk. Ketidaksesuaian produk dapat ditemukan dalam proses, setelah proses, pada proses berikutnya, saat audit dan dapat juga ditemukan oleh pelanggan. Ketidaksesuain tersebut perlu di follow-up dengan titldakan perbaikan dan pencegahan dengan mencatat kesalahan, mengunlpulkan data pendukung/ catatan selama proses, dan menuliskan penyebab yang memungkinkan terjadinya masalah saat proses berlangsung.