Konstruksi realitas media massa (analisis framing pemberitaan korupsi M Nazaruddin di Harian Republika)
Main Author: | Ahmad Fauzi |
---|---|
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sikap Harian Umum Republika dalam mengkonstruksi pembertiaan terhadap sebuah isu korupsi yang belum memiliki status yang jelas di mata hukum. Kasus Nazaruddin dalam keterlibatannya dalam korupsi Wisma Atlet di Pamlembang menjadi alasan yang tepat bagi peneliti untuk meneliti ini lebih dalam. Penelitian ini merupakan penelitian melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis framing sebagai metodenya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research. Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model framing Robert N. Entman. Dalam model framing ini memiliki empat elemen untuk mengetahui bagaimana sebuah media massa membingkai berita. Yakni define problem, dainose causes, make moral judgment, dan treatment recommendation. Pemilihan berita berdasarkan unsur kebaharuan. Karena kebaharuan di sini bukan hanya fakta yang baru saja terjadi, melainkan juga fakta yang telah lama terjadi namun terus terungkap kebenarannya. Pemberitaan ini menarik karena status Nazaruddin yang belum menjadi tersangka dan juga dalam posisi sakit. Penelitian ini menemukan titik lemah pada diri Harian Umum Republika. Ini dapat terlihat dari bagaimana Republika memilih narasumber untuk dijadikan rujukan dalam pemberitaan mengenai kasus Nazaruddin. Republika hanya mengedepankan pendapat dari elit Partai Demokrat dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam membingkai berita ini. Mereka tidak bermain dari pendapat para pengamat maupun ICW (Indonesian Corruption Watch) yang selalu menyuarakan ke kritisannya terhadap isu ini. Alhasil, Republika memframe pemberitaan ini hanya datar saja tanpa mampu membawa pemikiran pembaca ke ruang yang lebih dalam. Harian Republika juga mengesampingkan proses eksternalisasi dan objektifikasi dalam proses pembentukan sebuah berita. Proses tersebut dibatasi oleh internalisasi yang dilakukan oleh Republika yang menganggap bahwa pemberitaan korupsi ini jangan sampai menimbulkan polemik baru karena menyampaikan informasi yang belum terkonfirmasi baik dari pelaku maupun pemberi informasi tersebut. Pembentukan berita seperti ini berbenturan dengan kebebasan pekerja medianya dalam mengkonstruk sebuah pemberitaan. Ini juga menempatkan mereka kepada satu keberpihakan semu. Mereka mengajak pembaca untuk menganggap korupsi adalah musuh bersama yang harus dilawan, namun dilain sisi mereka juga bermain aman dalam memberitakan sebuah informasi kourpsi