Nilai tasawuf dalam ajaran Jemaat Ahmadiyah Indonesia (studi kasus jemaat Ahmadiyah Indonesia di Desa Manislor Kuningan Jawa Barat )

Main Author: Nanang Sutrisna
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ushuluddin
Subjects:
Daftar Isi:
  • Al-Qur`an dan hadist bukanlah sebuah aturan-aturan kaku yang membatasi ruang gerak manusia. Al-Qur`an dan hadist adalah panduan hidup yang menggiring manusia menuju ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan ajaran-ajaran Jemaat Ahmadiyah Indonesia Cabang Manislor yang memiliki nilai tasawuf dengan tujuan yang sama. Kebahagiaan yang sempurna adalah kebahagiaan yang meliputi kebahagiaan dunia yang dapat dirasakan dengan jiwa yang tentram dan kebahagiaan akhirat yang dapat dirasakan dengan mendapat kebahagiaan bertemu dengan Allah SWT. Bertemu bukan dalam arti melalui panca indra dan organ tubuh yang dimiliki manusia, tetapi proses yang dilakukan antara jiwa suci manusia dengan jiwa Yang Maha Suci. Pada saat itulah seorang manusia mendapat kebahagiaan yang luar biasa dan merupakan anugrah tiada tara. Mengikat lingkaran rohani dengan Allah merupakan tujuan akhir kehidupan manusia. Jamaah Ahmadiyah Indinesia (JAI) Cabang Manislor mengajarkan pengikutnya beberapa nilai yang harus dilakukan untuk mendapat kebahagiaan bertemu dengan Allah SWT. Mereka mengajarkan untuk mengetahui jiwa manusia yang terbagi tiga bagian sebagaimana yang diajarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad, diantaranya: jiwa yang dalam keadaan thabi�i, keadaan akhlaki dan keadaan ruh. Selain yang diajarkan berdasarkan Mirza Ghulam Ahmad, JAI Cabang Manislor mengajarkan nilai-nilai yang lebih rinci untuk mencapai kebahagiaan seperti yang di jelaskan oleh murid Mirza Ghulam Ahmad yaitu Maulana Rausan Ali yang mendapat amanah menjadi mubaligh di Indonesia. Nilai-nilai yang Rausan Ali ajarkan diantaranya: pengampunan dosa, pantangan, penolakan, kemiskinan, kesabaran, percaya pada tuhan dan kepuasan. Selain itu mereka mengamalkan pengorbanan yang biasa mereka sebut