Analisis pendapatan usaha ternak itik petelur sebelum dan sesudah isu flu burung: studi kasus: kelompok tani ternak itik insani sejahtera, Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat

Main Author: AMALIAH
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Sains dan Teknologi
Subjects:
Daftar Isi:
  • Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini. Usaha ternak dan perkembangannya, khususnya sub sektor ternak unggas saat ini maju demikian pesat. Data statistik pertanian tahun 2007 menunjukkan bahwa produk-produk industri dan bisnis peternakan telah menyumbangkan angka pertumbuhan ekonomi pertanian yang sangat mencolok. Departemen pertanian RI (2007 : 241) menyatakan bahwa dari hasil pertanian yang mencapai nilai nominal Rp 261.296,8 milyar, tidak kurang dari Rp 33.309,9 milyar berasal dari sektor agribisnis peternakan. Menurut Dody (2008 : 2) salah satu jenis telur dari hasil peternakan unggas yang memiliki zat gizi yang penting bagi tubuh adalah telur itik. Sebagai produk yang dikonsumsi, telur itik banyak diperdagangkan baik dalam bentuk segar maupun olahan. Telur itik yang diserap konsumen di wilayah DKI Jakarta juga cukup besar, hingga harus dipasok dari luar daerah untuk memenuhi permintaan akan telur itik yang tinggi. Konsumsi telur itik secara keseluruhan selalu lebih besar dari produksi telur yang ada. Hal ini berarti jumlah permintaan telur itik lebih besar dibandingkan dengan jumlah produksi telur yang dihasilkan oleh para peternak itik. Dengan demikian, usaha ternak baik di wilayah pedesaan maupun wilayah kota, masih cukup potensial untuk dikembangkan mengingat pasar yang tersedia masih sangat terbuka. Adanya isu flu burung mempengaruhi usaha ternak itik di lokasi penelitian, yang berdampak pada berkurangnya jumlah peternak itik, serta berkurangnya skala usaha ternak itik yang dijalankan, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui karakteristik usaha ternak itik pada Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera sebelum dan sesudah isu flu burung, (2) Mengetahui gambaran umum usaha ternak itik petelur pada Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera sebelum dan sesudah isu flu burung, (3) Mengetahui biaya produksi yang dikeluarkan peternak dari usaha ternak itik petelur pada Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera sebelum dan sesudah isu flu burung, (4) Mengetahui tingkat pendapatan peternak dari usaha ternak itik petelur pada Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera sebelum dan sesudah isu flu burung. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera, Kelurahan Duri Kosambi, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan usaha tersebut termasuk usaha yang cukup dikenal di lingkungan masyarakat sekitar dan berada dekat perkotaan.Penelitian ini dilakukan bulan Mei � Juni 2007 sebagai periode sebelum isu flu burung dan bulan November - Desember 2008 sebagai periode sesudah isu flu burung. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode atau teknik analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai karakteristik peternak dan gambaran umum usaha ternak itik. Analisis kuantitatif yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan, analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C Rasio), compounding, serta analisis rasio keuntungan atas biaya (B/C Rasio). Berdasarkan hasil penelitian karakteristik usaha ternak itik petelur di kelompok tani ternak itik insani sejahtera pada kondisi sebelum dan sesudah isu flu burung tidak berubah. Berdasarkan tingkat usia, peternak sebagian besar masih berusia pada batas usia produktif dengan tingkat pendidikan rendah. Pengalaman beternak cukup bervariasi dan jumlah anggota keluarga secara umum cukup besar. Usaha ternak itik menjadi mata pencaharian pokok atau utama sebagian besar peternak. Jumlah populasi ternak itik di Kelompok Tani Ternak Itik Insani Sejahtera sebelum isu flu burung di tahun 2007 adalah 3.587 ekor dengan skala usaha rata-rata kepemilikan itik sebesar 266/peternak. Namun jumlah populasinya berkurang akibat adanya isu flu burung di pertengahan tahun 2007, sehingga pada periode sesudah isu flu burung di tahun 2008 jumlahnya menjadi 1.518 ekor dengan skala usaha rata-rata kepemilikan itik sebesar 185/peternak. Penurunan tersebut terjadi karena harga bibit itik dara mengalami kenaikan, sementara peternak terkendala pada modal sehingga mengurangi jumlah itik yang diternakkan. Rata-rata total biaya usaha ternak itik petelur pada kondisi sebelum isu flu burung di tahun 2007 sebesar Rp. 40.321.123, sedangkan pada kondisi sesudah isu flu burung di tahun 2008 sebesar Rp. 33.245.621. Penurunan rata-rata total biaya ini terjadi akibat jumlah peternak yang mengusahakan usaha ternak itik berkurang jumlahnya sesudah isu flu burung, yang berpengaruh terhadap skala usaha rata-rata dalam hal ini jumlah itik yang dipelihara, serta mempengaruhi juga dalam biaya-biaya lain seperti biaya pakan, tenaga kerja dan lain-lain. Pendapatan atas biaya total (pendapatan bersih) usaha ternak itik rata-rata pada kondisi sebelum isu flu burung di tahun 2007 sebesar Rp. 24.694.277, sedangkan pada kondisi sesudah isu flu burung di tahun 2008 sebesar Rp. 19.107.279 atau mengalami penurunan 22,62 %. Penurunan pendapatan usaha ternak di tahun 2008 tersebut akibat berkurangnya jumlah itik yang diternakkan, karena harga bibit itik mengalami kenaikan setelah ada kasus flu burung. Penurunan tersebut juga menunjukkan perlakuan peternak dalam hal ini tatalaksana pemeliharaan yang masih kurang baik, sehingga produktivitas itik untuk menghasilkan telur belum maksimal. Nilai R/C rasio atas biaya total usaha ternak itik rata-rata pada kondisi sebelum isu flu burung di tahun 2007 sebesar 1,61 sedangkan pada kondisi sesudah isu flu burung tahun 2008 sebesar 1,57. Penurunan nilai R/C rasio tahun 2008 tersebut disebabkan jumlah penerimaan yang lebih sedikit karena jumlah telur yang dihasilkan menurun akibat tatalaksana pemeliharaan atau perlakuan peternak terhadap ternak itiknya yang masih kurang baik, seperti dalam kebersihan kandang, dan pemberian pakan yang belum maksimal. Berdasarkan hasil penghitungan compounding, dapat diketahui bahwa nilai produksi dari usaha ternak itik petelur dapat diperoleh sejak tahun ke-1 dari usaha ternak tersebut, yaitu sebesar Rp. 57.366.760. Nilai tersebut akan terus meningkat hingga tahun ke-10 mencapai Rp. 147.441.783,17. Sedangkan keuntungan bersih yang akan diperoleh peternak pada tahun ke-10 adalah sebesar Rp. 484.279.321,90. Nilai B/C rasio usaha ternak itik petelur di tahun 2008 pada tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 10 % menunjukkan angka 2,10 yang berarti nilai B/C lebih besar dari satu, maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk diusahakan.