Studi pengendalian persediaan obat generik melalui metode analisis ABC, economic order quantity (EOQ) dan reorder point (ROP) di gudang farmasi RS Islam Asshobirin tahun 2013
Main Author: | Rahmi Fadhila |
---|---|
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Latar Belakang: Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center utama di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi khususnya Gudang Farmasi bertanggung jawab menyediakan perbekalan farmasi dengan jumlah yang cukup, pada waktu yang dibutuhkan dan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Belum adanya keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan obat di Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin sehingga terjadi stock out dan pembelian cito. Untuk itu perlu dilakukan studi pengendalian persediaan obat generik di Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin. Metode: Jenis penelitian adalah operational research untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, mengetahui jumlah pemesanan optimum dan waktu pemesanan kembali masing-masing obat generik di Gudang Farmasi Rumah Sakit Islam Asshobirin. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen terkait penelitian. Subjek dari penelitian adalah Kepala Unit Farmasi, Kepala Bidang Penunjang Medis, Staf Gudang Farmasi, Kepala Bagian Keuangan dan Koordinator Logistik di RS Islam Asshobirin. Hasil Penelitian: Pengendalian persediaan obat generik di Gudang Farmasi RS Islam Asshobirin dilakukan melalui stock opname, kartu stok, buku defekta dan laporan bulanan. Namun belum menggunakan metode pengendalian khusus, baik untuk prioritas jenis persediaan, jumlah pemesanan maupun waktu pemesanan obat. Melalui Analisis ABC, terdapat 13 jenis obat yang tergolong kelompok A yang perlu iv diprioritaskan dalam pengendalian persediaan. Berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ) jumlah pemesanan optimum untuk 13 obat tersebut bervariasi mulai dari 10-301 item. Berdasarkan metode Reorder Point (ROP) diperoleh titik pemesanan kembali/waktu pemesanan kembali yang bervariasi mulai dari 1-25 item. Saran: RS perlu membentuk Komite Farmasi Terapi (KFT) untuk menyusun formularium, penyesuaian sistem informasi untuk menghasilkan informasi mengenai jumlah penggunaan setiap dalam periode tertentu agar memudahkan dalam penyusunan kebutuhan obat dan perlu menerapkan metode pengendalian persediaan untuk menghindari stock out dan pembelian cito.