Motivasi beragama pada kaum waria di Pondok Pesantren khusus waria kamis notoyudan Yogyakarta

Main Author: THAHIR, Evie Shafia Fajarina
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Subjects:
Daftar Isi:
  • Menurut fitrahnya, manusia adalah makhluk beragama. Karena secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Kondisi ragawi, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan merupakan penentu utama perilaku keagamaan manusia. Waria sebagai kaum yang sering dipandang �setengah manusia� dan �jenis kelamin ketiga� sesungguhnya dalam kesadaran religiusitasnya sangat merindukan Tuhan, tegur sapa, berdialog, dan belaian mesra Tuhannya melalui berbagai macam ibadah yang diperintahkanNya.Perilaku manusia disebabkan karena adanya kebutuhan yang dirasakannya yang timbul oleh suatu dorongan tertentu. Waria sebagai manusia yang kurang dapat diterima oleh masyarakat sehingga terisolasi dan kurang perhatian dari berbagai pihak seperti agamawan, pemerintah, dan lembaga-lembaga sosial keagamaan, sehingga menjauhkan waria dari berbagai aspek kehidupa termasuk fitrah keberagamaannya merasa terdorong untuk mempertahankan hidupnya. Meneliti kehidupan waria terkait dengan motivasi beragamanya menjadi sangat menarik dan penting terutama dengan fenomena dan inisiatif pendirian Pondok Pesantren Khusus Waria Senin Kamis Notoyudan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi beragama kaum waria di pondok pesantren tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 4 santri dari 25 santri waria di Pondok Pesantren Khusus Waria Senin Kamis Notoyudan Yogyakarta. Dari hasil pengumpulan data yang telah diolah dengan cara reduksi dan koding dapat ditemukan bahwa motivasi beragama kaum waria di Pondok Pesantren Khusus Waria Senin Kamis Notoyudan Yogyakarta sebagai tanda syukur kepada Allah, sebagai perekat hubungan dengan Allah, ibadah yang dilakukannya sebagai kewajiban kepada Allah, dan untuk mengatasi frustasi moral.