Pro-Kontra konser lady gaga dalam bingkai pemberitaan Majalah Tempo dan Majalah Detik

Main Author: Putri Kartika Utami
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Subjects:
Daftar Isi:
  • Rencana konser artis pop asal Amerika Serikat Lady Gaga di Indonesia menuai kontroversi. Polemik ini menjadi isu nasional dan sempat menjadi berita utama di berbagai media massa tanah air, tidak terkecuali Tempo dan Detik. Kedua sampul majalah nasional tersebut mengindikasikan perbedaan sudut pandang masing-masing media melihat kasus Gaga. Berita-berita terkait konser juga dikemas dengan cara yang berbeda. Berdasarkan perbedaan tersebut, kemudian muncul pertanyaan bagaimana Tempo dan Detik membingkai isu pro-kontra konser Lady Gaga dalam pemberitaannya? Bagaimana perbandingan frame kedua media? Metode analisis yang digunakan adalah analisis framing model Robert N. Entman. Entman menggunakan empat elemen dalam meneliti teks berita, yaitu Problem Definition (pendefinisian masalah), Causal Interpretation (memperkirakan penyebab masalah), Moral Evaluation (membuat penilaian moral), dan Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori agenda setting dari Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw. Agenda setting mengacu pada kemampuan media massa untuk mengarahkan perhatian khalayak terhadap isu-isu tertentu yang diagendakan media. Media mungkin tidak berhasil memengaruhi publik untuk mengubah sikap, namun media berhasil memengaruhi pikiran publik tentang apa yang penting untuk diperhatikan. Kedua media membingkai kasus Lady Gaga sebagai masalah hukum. Pemberitaan Tempo merupakan bentuk deligitimasi terhadap penegakkan hukum di Indonesia, khususnya ototitas polisi yang takluk terhadap tekanan ormas penentang Lady Gaga. Polisi adalah pihak yang paling berwenang memutuskan perizinan, bukan instansi agama, apalagi ormas. Pembiaran pemerintah terhadap ormas agama yang kerap bertindak anarkis merupakan bukti lemahnya penegakkan hukum di Indonesia. Detik menilai promotor Big Daddy adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kisruh ini. Big Daddy belum melengkapi administrasi perizinan dan menjual tiket konser pada anak-anak. Selain itu, Big Daddy ceroboh memilih artis yang bertentangan dengan budaya Indonesia. Polisi sebaiknya tidak memberikan izin konser Lady Gaga. Tempo cenderung mendukung konser Lady Gaga berjalan sesuai rencana. Sedangkan Detik sebaliknya, cenderung menentang rencana konser tersebut. Sikap masing-masing media tercermin dari cara masing-masing media membingkai isu Gaga. Melalui proses gatekeeping, media memilih fakta dan menonjolkan aspek tertentu serta meluputkan aspek yang tidak diinginkan.Media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi opini publik. Melalui fungsi agenda setting, media massa mampu mengubah peristiwa biasa menjadi luar biasa penting bagi publik, misalnya polemik konser Lady Gaga di Indonesia