Strategi komunikasi humas pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam membentuk citra kota cerdas, modern dan religius

Main Author: Zaldy Handi Aditia
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Subjects:
Daftar Isi:
  • Pencitraan merupakan salah satu hal yang diperlukan oleh sebuah daerah yang baru terbentuk. Hal itu dibutuhkan agar masyarakat umum maupun masyarakat daerah itu sendiri dapat lebih mengenal dan mengingat daerah tersebut. Pencitraan sudah pasti juga dibutuhkan oleh Kota Tangerang Selatan yang baru terbentuk selama empat tahun ini. Apalagi beberapa berita negatif muncul mengiringi pertumbuhan kota yang paling muda di Provinsi Banten. Humas sudah pasti erat kaitannya mengenai masalah pencitraan, karena Humas merupakan jembatan penghubung antara Pemerintah Kota dengan masyarakat. Lalu, pertanyaannya adalah, bagaimana strategi komunikasi Bagian Humas dan Protokol Kota Tangerang Selatan dalam upaya membentuk citra kota cerdas, modern, dan religius? Dan hambatan apa yang dihadapi Bagian Humas dan Protokol Kota Tangerang Selatan dalam membentuk citra kota cerdas, modern, dan religius? Dalam hal ini, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Harwood L Childs yang membagi beberapa macam strategi dalam kegiatan public relations atau kehumasan untuk merancang suatu pesan dalam bentuk informasi atau berita. Beberapa macam strategi tersebut adalah strategy of publicity, strategy of persuation, strategy of argumentation, dan strategy of image. Kemudian, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara. Strategi komunikasi Bagian Humas dan Protokol Kota Tangerang Selatan dalam membentuk citra kota cerdas, modern, dan religius di antaranya dengan cara : Melakukan kerja sama dengan media massa, pemasangan spanduk, memantau berita (news monitoring), melakukan press conference (konferensi pers), dan mengadakan forum kehumasan. Sedangkan hambatan yang dihadapi berupa kurangnya tenaga ahli dan profesional, terbatasnya anggaran dana kegiatan, oknum wartawan, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Kesimpulannya adalah strategi komunikasi yang digunakan oleh Bagian Humas dan Protokol Kota Tangerang Selatan dalam membentuk citra kota cerdas, modern, dan religius masih banyak kekurangan. Ditambah dengan beberapa hambatan yang dihadapi, terutama kurangnya tenaga ahli dan profesional dalam bidang kehumasan dan jurnalistik. Apalagi Bagian Humas dan Protokol Kota Tangerang Selatan memang belum fokus membentuk opini publik mengenai pencitraan kota. Mereka hanya fokus pada penyampaian keterbukaan informasi publik dan menangani berita negatif