Wacana Intoleransi dan Radikalisme dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam
Main Author: | Ahmad Faozan |
---|---|
Format: | Doctoral |
Terbitan: |
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengelaborasi model penyajian wacana bermuatan intoleransi dan radikalisme dalam buku teks PAI di sekolah dan madrasah serta konteks kehadirannya. Tujuan ini dijabarkan ke dalam tujuan khusus untuk menjelaskan dan mengelaborasi pola penyajian wacana bermuatan intoleransi dan radikalisme dalam buku teks PAI di sekolah dan madrasah serta konteks kehadirannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan yaitu Critical Discourse Analysis (CDA) dengan pendekatan analisis hermeneutika-fenomenologi. Hasil penelitian ini berupa model penyajian wacana bermuatan intoleransi dan radikalisme dalam buku teks PAI di sekolah dan madrasah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat inkonsistensi penyajian wacana dalam buku teks PAI di sekolah dan madrasah, bermuatan toleransi di satu bagian dan bermuatan intoleransi di bagian lain serta terindikasi terinsersi radikalisme. Terdapat bagian dalam buku teks yang hanya menyajikan satu pandangan atas teks keagamaan, eksklusif terhadap perbedaan agama, bias gender dan tidak memperhatikan keragaman etnis dan budaya. Paradigma buku teks pendidikan agama Islam di sekolah dan madrasah dalam konteks lebih pragmatik dengan menyesuaikan perubahan zaman, bukan idealitas. Semakin bertahan dalam idealitas, semakin tidak konsisten. Penelitian ini menguatkan pendapat Tomlinson (1999) bahwa dalam menyediakan konten pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan kesiapan, minat dan profil peserta didik. Pendapat Bennet (2001) bahwa pembelajaran yang menjunjung tinggi keragaman adalah pembelajaran yang mengakui perbedaan dan keunikan peserta didik serta memfasilitasinya. Pendapat Todd (2009) bahwa pendidikan agama seharusnya bertujuan untuk menghargai keragaman identitas keagamaan peserta didik yang dijamin konstitusi. Budiman (2012) dan Sutrisno (2018) menawarkan paradigma PAI humanisme teosentris yang bergerak dari realitas dan problem aktual peserta didik, alih-alih paradigma normatif teologis. Mu?ti (2020) menyebutkan perlunya pengembangan PAI agar peserta didik memegang teguh keyakinannya dan pada saat yang sama memahami, menyadari, menerima, membantu dan bekerja sama dengan yang berbeda agama dan keyakinan. Penelitian ini berbeda dengan Boven (2017) bahwa hubungan antara pendidikan agama dan toleransi beragama dalam praktik pendidikan di di Belanda dan Indonesia jarang dimanfaatkan. Kebaruan dalam penelitian ini yaitu tema, metode, data dan sumber data. Wacana dalam penelitian ini bukan hanya kalimat namun juga termasuk gambar, karena termasuk bagian dalam buku teks. Sumber data berupa buku PAI pada sekolah terbitan Kemdikbud serta Fikih dan SKI pada madrasah terbitan Kemenag sesuai kurikulum 2013 edisi awal dan revisi.