Restorasi dan konservasi tatanan ekologi-lingkungan: Peran dan Kontribusi Ma?had al-Zaytun, dalam pengembangan paradigm pembangunan berkelajutan berbasis Ekologi
Main Author: | Kristiyanto |
---|---|
Format: | Doctoral |
Terbitan: |
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Kajian disertasi ini membuktikan, bahwa keseimbangan tatanan kehidupan ekologis, terbangun dengan adanya konsistensi dan komitmen di dalamnya. Hal tersebut, bagian dari tindak lanjut pengembangan konsep Eco-pesantren, dalam membangun paradigma pembangunan berkelanjutan, secara komprehensif dan integratif. Model pembangunan tersebut, juga sangat dibutuhkan dalam penguatan bangunan model pembangunan berbasis ekologis, yang mampu menghidupkan dari generasi ke generasi, tanpa mengurangi hak-hak generasi selanjutnya WCED (1987); Seidl and Tisdell (1999); Abernethy (2001); Chay Asdak (2012); Emil Salim (2000); Usman (2010). Salah satu contoh bentuk konsistensi, dalam mengimplementasikan model pembangunan berbasis ekologis, seperti yang telah di lakukan Ma?had al-Zaytun. Di samping itu, model pembangunan tersebut, juga bagian dari bentuk respon terhadap permasalahan tatanan ekologi-lingkungan global, dengan memberikan sebuah solusi alternatif secara lokal maupun global dalam menciptakan rantai atau jejaring tatanan kehidupan yang harmonis, seimbang, dan keberlanjutan secara ekologis maupun non ekologis, dalam perubahan dan perkembangannya. Di samping itu, Hidayat (2010), Rusli (2008), Hassan and Ali (2012); Bensaid (2013), Sarvestani and Shahvali (2008), Mohd Yaseen Gada (2014), mengungkapkan bahwasanya keterlibatan peran agama Islam, dalam mengintervensi derap pembangunan sangat menentukan terciptanya konsistensi dalam implementasinya.Di lain pihak, wacana-implementasi pengembangan konsep paradigma pembangunan berkelanjutan, masih menyisakan sekelumit permasalahan yang belum terjawab secara holistik-Integratif. Hal tersebut, dikuatkan oleh Estes (1993); Essien and Bisong (2009); Wahono dkk (2005); Brown dkk (1987); Hamid (2009); Baiquni (2003); dan Kristanto (2013). Meledak dan Meluapnya krisis alam (gejolak tatanan ekologis maupun non ekologis), sebagai konsekuensi berkesinambungan dari model pembangunan dengan roadmap tata kelola yang salah dan tidak sinergis, serta lebih condong pada arogansi atau kepentingan individu maupun kelompok, sehingga kecenderungan konflik akibat proses pembangunan tersebut, semakin meningkat, Alikodra (2012) dan Spillmann (1995). Di samping itu, Keterlibatan kajian-kajian keilmuan dalam pendekatannya, seperti kajian ekologis, masih mengalami kendala atau hambatan dalam merespon perubahan-perubahan yang semakin cepat dan dinamis. Hal tersebut, dikuatkan oleh Dale and Beyeler (2001); Sastrapratedja (2009); dan Supelli (2011). Posisi kajian dalam naskah disertasi ini, memetakan bahwasanya dinamika perubahan dan pengembangan paradigma pembangunan berkelanjutan, mengarah pada terciptanya model pembangunan yang ekologis maupun non ekologis, dimana modelnya mampu memberikan tatanan rona ekologis yang humanis dan adaptis. Di samping itu, mampu memberikan khasanah kajian ekologi yang lebih komprehensif dan terintegrasi dalam mengembangkan model pembangunan yang lebih arif dan bijak, terutama dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, baik yang dilakukan secara lokal maupun global dengan baik dan dinamis, dalam merespon perubahan tatanan ekologi-lingkungan global, yang semakin massif dan destruktif.