TRADISI MENJAGA HAFALAN AL-QUR’AN (STUDI ATAS PARA HAFIZHAH DI KOTA SALATIGA DAN KABUPATEN SEMARANG)

Main Author: Tri, Wahyu
Format: Article PeerReviewed Book
Bahasa: ind
Online Access: http://repository.iainpurwokerto.ac.id/51/1/Tri%20Wahyu.pdf
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/51/
Daftar Isi:
  • Di dunia ini, kitab suci yang paling terjaga kemurniannya adalah al-Qur’an al-karîm. Banyak pihak telah mengakui akan hal ini. Salah satu penyebab dapat terjaganya kemurnian al-Qur’an, karena sejak al-Qur’an turun ke bumi, Nabi, sahabat, dan generasi-generasi sesudahnya serta merta senantiasa rajin membaca, menelaah, mendalami isinya, bahkan menghafalnya di luar kepala. Setiap kali ada upaya pemalsuan, pasti diketahui secara dini dan dapat dicegah. Di Indonesia ada banyak pesantren dan lembaga pendidikan formal yang menjadikan penghafalan al-Qur‘an sebagai salah satu bidang garapnya. Pesantren tersebut antara lain di Solo (Mangkuyudan, Muayyad), Yogyakarta (Krapyak, Pandanaran), Magelang (Jamiyyatul Qurra’ wal Huffazh Salam), Klaten (al-Manshur Popongan), Boyolali (Nur Ash-Shabah, Madrasatul qur’an), Purwodadi (Tajul Ulum Brabo) , Kudus (Yanbu’ al-Qur’an), Demak (Bustanu Usyaqil Qur’an Dempet dan Sayung), Salatiga (Nazalal Furqan, al-Muntaha, dan al-Hasan), Kab. Semarang (Bustanu Usyaqil Qur’an Gading, Hamalatil Qu’an, ) dan lain-lain. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan formal yang sangat mementingkan penghafalan al-Qur‘an, diantaranya adalah IIQ (Institut Ilmu al-Qur‘an) dan PTIQ di Jakarta dan Wonosobo dan ISIQ Jakarta (Institut Studi Ilmu al-Qur‘an).