KESENIAN TRADISIONAL BELUK DAN FUNGSINYA DI MASYARAKAT BANTEN

Main Author: Wardah, Eva Syarifah
Format: Article PeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: Fakultas Tarbiyah dan Adab
Subjects:
Online Access: http://repository.uinbanten.ac.id/5662/1/kesenian%20beluk-1.pdf
http://repository.uinbanten.ac.id/5662/
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tsaqofah/issue/view/443
Daftar Isi:
  • Kesenian beluk adalah jenis kesenian tembang sekar irama merdika yang umumnya menggunakan nada-nada tinggi dengan rumpaka, berpola kepada pupuh yang dikemasdalam alur cerita yang disebut wawacan. Dalam kenyataannya beluk merupakan teknik menyampaikan syair supaya sampai kepada penonton berupa sajian sekar berirama bebas yang menggunakan dinamika dan ornament-ornament dalam suruoatan tinggi, sehingga berliku-liku dan meluk. Lengkingan suara yang bebas dan langgam-langgam pula yang sangat fantastis pada saat pertunjukkan. Akan tetapi keberadaannya kesenian beluk, sekarang ini tersimpan dalam budaya masyarakat pedesaan, yakni masyarakat peladang. Sebagai salah satu kesenian tradisional yang bersifat turun-menurun, beluk sangat menjunjung tinggi budaya leluhur dan ketatnya aturan tatacara baku yang turu-menurun, meskipun keberadannya saat ini hampir tidak tampak lagi. Sebagai acuan tehnik lagu-lagu beluk, meliputi: hiasan lagu merupakan rangkaan nada yang berfungsi pemanislagu terdiri dari: senggol, ornament, dan rumpaka. Di samping untuk menghibur diri digunakan pula untu kepentingan komunikasi. Akan tetapi dalam perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka beluk menjadi fungsi yang bersifat relig. Kini seni beluk dipentaskan pada waktu-waktu tertentu, misalnya syukuran 40 hari orang yang melahirkan, pernikahan, atau sunatan, tujuh bulan, ruwatan rumah, rasulan atau ngeriung syukuran selesai panen dengan maksud untuk mendapatkan berkah dan isi cerita yang dibawakan. Dalam penyajiannya selalu diawali dengan do'a dan sesajen (parawanten) secukupnya, speerti parukuyan cerutu, tujuh macam rujak buah, air putih, air kopi, kelapa muda, bakakak, tumpeng, gula merah, telur ayam, pisang mas, bawang merah, bawang putih, cabe merah, urab ketan putih, kue ringan secukupnya, leupeut, dan papais, buah-buahan dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar maksud dari penyelenggaraan penyajian berjalan dengan lancar. Baik penyelenggaraan maupun masyarakat atau penonton agar mendapat berkah keselamatan dari Allah SWT serta paraleluhur mereka.