Qiyamur Ramadhan dan Kesehatan Psikosomatik
Main Author: | Hardisman, Hardisman |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repo.unand.ac.id/6645/1/Qiyamur%20Ramadhan%20dan%20Kesehatan%20Psikosomatik%20-%20Minangkabaunews_mobile.pdf http://repo.unand.ac.id/6645/ https://minangkabaunews.com/artikel-16539-qiyamur-ramadhan-dan-kesehatan-psikosomatik.html |
Daftar Isi:
- Orang-orang yang dipanggil untuk berpuasa dan mendirikan ibadah di dalam bulan Ramadhan (qiyamur-Ramadhan) itu hanyalah orang-orang yang beriman. Ini menunjukkan bahwa hanya orang yang berimanlah yang akan mampu melakukan ibadah puasa dan mendirikan Ramadhan itu dengan baik. Ibadah dengan iman akan menjadikan ibadah terasa mudah dan bahkan menyenangkan, yang mendatangkan ketenteraman jiwa. Inilah nantinya yang akan berdampak positif dalam kesehatan secara holistik; keehatn psikis, fisik, dan interaksi antara keduanya (psikosomatik).Iman yang melahirkan keyakinan muraqabah Allah s.w.t dan sikap Ihsan inilah yang menjadikan seorang mukmin berpuasa sesuai dengan syarat dan ketentuan syari’ah dengan baik. Puasa yang dilakukan dengan sikap ihsan akan menjadikan seorang melaksanakan puasa dengan menjaga segala sesuatu yang merusak nilai puasanya. Semua itu dilakukannya dengan perasaan tenang tanpa merasa berat. Sikap ini jugalah yang menjadikan seorang mukmin sangat mudah untuk mendirikan ibadah Ramadhan itu. Ibadah dengan sikap Ihsan dan ikhlas akan dilakukanpun dengan sempurna kualitasnya dan banyak kuantitasnya. Seorang mukmin yang Ihsan dan ikhlas melahirkan kekhusukan dalam iabadahnya. Ikhlas dan khusuk dalam ibadah dirasakan sebagai ‘kenikmatan’, termasuk dalam beribadah mendirikan Ramadhan, sehingga melahirnya kenyamanan dan ketenangan dalam dirinya. Ikhlas dan khusuk yang menimbulkan kenyamanan dan kebahagiaan dalam ibadah, dalam Ilmu Kedokteran secara psikoneuroimonologis dapat diterangkan adanya kestabilan mekanisme umpan balik hormonal HPA-Axis. Kekhusukan dan kebahagian dalam mendirikan ibadah tersebut juga menjadikan respon sisttim saraf otonom simpatis dan parasimpatis menjadi lebih stabil.