Kontroversi Khitan Perempuan: Bagaimana Seharusnya Petugas Kesehatan Bersikap ?
Main Author: | Hardisman, Hardisman |
---|---|
Format: | Article PeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
LKBN Antara
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repo.unand.ac.id/21676/1/Kontroversi%20Khitan%20Perempuan_%20Bagaimana%20Seharusnya%20Petugas%20Kesehatan%20Bersikap%20_%20-%20ANTARA%20Sumbar.pdf http://repo.unand.ac.id/21676/ https://sumbar.antaranews.com/berita/243962/kontroversi-khitan-perempuan-bagaimana-seharusnya-petugas-kesehatan-bersikap- |
Daftar Isi:
- Setiap 6 Februari diperingari sebagai World Zero Tolerance for Female Genital Mutilation (FGM), yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai “Hari tidak ada toleransi khitan perempuan sedunia". Peringatan hari bebas dari FGM atau khitan perempuan didasarkan atas temuan empiris oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak (UNICEF) terhadap berbagai pelaksanaan FGM di berbagai belahan dunia yang menyebabkan dampak yang buruk pada anak perempuan. Dampak buruk yang terjadi ditemukan di berbagai negara di Benua Afrika, seperti perdarahan hebat, rusaknya organ genitalia secara permanen, dan juga gangguan psikis pada wanita. Oleh karena itu, WHO ingin melakukan eradikasi praktik khitan perempuan di seluruh dunia, yang dikenal dengan “zero tolerance.” Secara medis, hingga saat ini juga tidak ditemukan manfaat dari praktik khitan perempuan. Ketika hal ini menjadi polemik di Indonesia yang menjadi pertanyaan benarkah pelaksanaan khitan pada anak perempuan di Indonesia masuk kepada kategori FGM? Bagaimana khitan perempuan dalam pandangan masyarakat Indonesia? Bagaimana petugas kesehatan di lapangan bersikap?