Karakteristik Dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada Penderita Cleidocranial Dysostosis
Main Author: | Dian Purwaningrum |
---|---|
Other Authors: | Erna Sulistyawati, drg., Sp. Ort |
Format: | Student Papers |
Bahasa: | ind |
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8306 |
Daftar Isi:
- Dalam bidang kedokteran gigi, sering ditemukan kesulitan dalam mendiagnosa anomali gigi akibat sindroma karena karakteristik yang ditimbulkan sangat beragam. Salah satu sindroma yang memiliki manifestasi klinis di bidang kedokteran gigi adalah Cleidocranial dysostosis. Cleidocranial dysostosis adalah suatu kelainan tulang yang disebabkan oleh mutasi gen CBFA1 (core binding factor alpha 1)/RUNX2 yang berada pada lengan pendek kromosom 6p21. Mutasi gen ini bersifat herediter dan dapat pula terjadi secara spontan tanpa diketahui penyebabnya. Insidensi Cleidocranial dysostosis di seluruh dunia sekitar 1:1.000.000. Penderita Cleidocranial dysostosis mengalami aplasia atau hipoplasia klavikula baik unilateral maupun bilateral yang menyebabkan bahu terlihat sempit, terkulai, dan terjadi hipermobiliti bahu. Penderita ini juga memiliki postur tubuh yang lebih pendek; terdapat penonjolan (bossing) di daerah frontal, parietal, dan oksipital; jembatan hidung yang lebar dan datar; serta hipoplasia wajah bagian tengah. Karakteristik anomali ortodonti yang terlihat pada penderita Cleidocranial dysostosis antara lain hubungan rahang yang relatif Klas III pada usia dewasa, palatum yang tinggi dan sempit, serta adanya gangguan pertumbuhan gigi geligi seperti persistensi gigi desidui, keterlambatan atau kegagalan erupsi gigi permanen, dan adanya supernumerary teeth. Perawatan anomali ortodonti pada penderita Cleidocranial dysostosis dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan tindakan bedah, kombinasi tindakan bedah dan pemakaian protesa, serta kombinasi tindakan bedah dan perawatan ortodonti.
- 09E02603