Hubungan Sub Kontrak Antara Partonun Dengan Toke (Studi Kasus Pada Industri Kerajinan Ulos Di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara )
Main Author: | Bontor Arifin Hutasoit |
---|---|
Other Authors: | Drs. R. Hamdani Harahap, M.Si |
Format: | Masters |
Bahasa: | ind |
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7112 |
Daftar Isi:
- Usaha kerajinan ulos (kain tenun tradisional Batak) di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara, sebagaimana usaha industri kecil lainnya selalu menghadapi permasalahan modal, pemasaran, bahan baku, teknologi, tenaga kerja dan manajemen. Permasalahan ini telah memunculkan adanya hubungan sub kontrak (desentralisasi produksi ulos) antara pengrajin ulos (partonun) dengan pengusaha ulos (toke). Studi ini berusaha menggambarkan bagaimana hubungan yang terjadi antara partonun dengan toke yang terkait dalam hubungan subkontrak pada industri kerajinan ulos di Kecamatan Siatas Barita, dengan melihat aspek modal, bahan baku, pemasaran dan tenaga kerja, Pada akhirnya akan dapat disimpulkan apakah hubungan tersebut eksploitatif atau mutualistik. Sistem subkontrak yang terjadi antara partonun dengan toke terjadi secara spontan, informal, dan tidak tertulis, dan merupakan commercial subcontracting vertical, artinya proses pengerjaan tenunan ulos dilakukan oleh partonun sebagai subkontraktor dan toke sebagai prinsipal hanya memasarkan kepada konsumen dan menyiapkan sumber-sumber input seperti modal dan bahan baku. Motivasi melakukan hubungan subkontrak disebabkan adanya full capacity subcontracting, dimana toke menghadapi kegiatan melebihi kapasitas produksi. Complementary atau intermittent subcontracting dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan. Cost saving subcontracting, yaitu toke dapat mengurangi berbagai pengeluaran biaya. Motivasi terakhir adalah specialized subcontracting untuk memanfaatkan keterampilan dan peralatan yang dimiliki partonun. Bagi partonun keterbatasan akses terhadap pasar dan modal yang terbatas menjadi motivasi dominan terjadinya hubungan subkontrak. Hubungan subkontrak antara toke dengan partonun merupakan hubungan saling ketergantungan yang eksploitatif. Sifat ketergantungan cenderung searah, yakni dari partonun ke toke. Kecenderungan ini muncul karena pilihan partonun dibanding toke lebih sedikit dan terbatas sehingga neraca ketergantungan bergeser sepihak ke arah partonun. Sumber ketimpangan faktor produksi yang paling dominan memunculkan eksploitatif ini adalah permodalan, yang mengakibatkan terjadinya proses pinjam meminjam uang antara partonun dengan toke diluar dari proses produksi ulos, pada akhirnya telah mengakibatkan partonun tidak otonom dan mandiri.Upaya melestarikan hubungan subkontrak dilakukan dengan hubungan-hubungan sosial, yaitu: Hubungan arisan, saling mengunjungi apabila ada musibah atau pesta, memberikan uang muka, dan piknik mengunjungi daerah-daerah wisata. Usaha untuk mengembangkan kerajinan ulos dengan relasi yang lebih seimbang antara partonun dengan toke dapat dilakukan dengan memutus ketergantungan modal dari partonun kepada toke. Intervensi pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan terutama dalam penyediaan modal, serta mengupayakan agar hubungan subkontrak dilakukan secara tertulis. Pemberian modal hendaknya langsung kepada partonun, namun apabila diberikan melalui kelompok partonun, pemerintah atau pemberi modal harus memastikan bahwa kelompok partonun tersebut bukanlah kelompok yang tcrjalin dalam hubungan subkontrak.
- 06003674