Sistem Pemasaran Bibit Tanaman Buah - Buahan (Studi Kasus Empat Jenis Buah-buahan di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara)

Main Author: Devi, Maya
Other Authors: K. Tarigan, Sebayang, Thomson
Format: Student Papers
Bahasa: ind
Subjects:
Online Access: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32941
Daftar Isi:
  • Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2003. Pengambilan sampe? produsen dalam penelitian ini dilakukan dengan Metode Sensus, yaitu seluruh populasi produsen yang berjumlah 7 orang dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel pedagang pada penelitian ini dilakukan dengan metode penelusuran pola saluran pemasaran, untuk penelitian ini peneliti mengambil 2 sampel pedagang.. Pengambilan sampel konsumen pada penelitian ini dilakukan denan metode penelusuran pola saluran pemasaran, untuk penelitian ini peneliti mengambil 2 sampel konsumen. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan alat bantu kuisioner. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA). Hipotesis (a.l), (a.2), (b.l), (c), (d), (e), dan (f) diuji dengan anlisis deskriptif berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian. Untuk menghitung biaya pemasaran pada hipotesis (b.2) dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan selama melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Efisiensi pemasaran dihitung dengan rumus : Ep = Biaya Pemasaran x 100 % Nilai Produk yang Dipasarkan Tingkat pul angan investasi (Rol) dihitung dengan rumus : * RoI= Laba xl00% Modal yang Diinvestasikan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan perlakuan, jenis bibit tanaman buah-buahan yang dipasarkan di daerah penelitian adalah bibit biji, okulasi, dan sambung! Dan berdasarkan jenis tanaman, jenis bibit tanaman buah-buahan yang dipasarkan adalah mangga, jeruk, durian, dan rambutan. 2. Terdapat 2 pola saluran yang pendek pada pemasaran bibit tanaman buah-buahan di daerah penelitian. Pola saluran 1, produsen menjual kepada pedagang dan kemudian pedagang menjual kepada konsumen. Pola saluran II, produsen langsung menjual kepada konsumen. Biaya pemasaran, pada produsen pola saluran i dan II tertinggi terdapat pada bibit sambung tanaman jeruk (Rp 106,8/polibag) dan terendah pada bibit biji tanaman rambutan (Rp 13,5/polibag). Biaya pemasaran pada pedagang pola saluran I tertinggi terdapat pada bibit sambung tanaman durian (Rp3.464,0/polibag) dan terendah pada bibit biji tanaman mangga (Rp 759,6/polibag). Pola saluran II lebih efisien dibandingkan dengan pola saluran I, efisiensi pemasaran pola saluran II (1,1 %) dan efisiensi pemasaran pola saluran 1 ( 4,5 %). Rol pedagang (91,8 %) lebih tinggi dengan Rol produsen ( 12,2 %). 3. Ada 86 % dari produsen melakukan sedikitnya 6 fungsi pemasaran (pembelian, penjualan, penyimpanan, pembiayaan, penanggungan resiko, dan pengumpulan informasi pasar) sedang selebihnya (ยก4 %) produsen melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu grading sebagai fungsi pemasaran yang ke-7. Pedagang melakukan 5 fungsi pemasaran (pembelian, penjualan, pengangkutan, pembiayaan, dan pengumpulan informasi pasar). Sebagian besar konsumen melakukan paling sedikit 2 fungsi pemasaran (pembelian dan pembiayaan) dan selebihnya konsumen yang melakukan 3 fungsi pemasaran yaitu pengangkutan sebagai fungsi pemasaran yang ke-3. 4. Konsumen bibit tanaman buah-buahan didominasi oleh instansi pemerintah, selebihnya adalah konsumen individu (pihak swasta, petani, dan rumah tangga). 5. Volume penjualan setiap jenis bibit tanaman buah-buahan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. 6. Masalah pada pemasaran bibit tanaman buah-buahan adalah balas jasa antara produsen dan pedagang yang tidak adil dimana profit yang diperoleh pedagang lebih tinggi dibandingkan dengan modal yang dimvestasikannya, sedangkan produsen memperoleh profit yang lebih rendah dibandingkan dengan modal yang diinvestasikannya.
  • 980304026