Hubungan Jumlah dan Kuadran Kehilangan Gigi Posterior dengan Tingkat Keparahan Gangguan Sendi Temporomandibula Pasien RSGM USU

Main Author: Hasanah, Uswatun
Other Authors: Chairunnisa, Ricca
Format: Bachelors application/pdf
Bahasa: ind
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://202.0.107.133/handle/123456789/1771
Daftar Isi:
  • 130600221
  • Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang sering dijumpai. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi dan mempengaruhi kondisi umum tubuh. Kehilangan gigi bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, dan penyakit periodontal. Secara langsung gigi berperan dalam fungsi pengunyahan dan berguna untuk mempertahankan kestabilan hubungan vertikal antara maksila dan mandibula. Kehilangan gigi dan malposisi akan mengakibatkan perubahan keseimbangan gigi geligi yang masih tersisa. Gangguan dapat berupa migrasi, rotasi, dan ekstrusi gigi geligi yang masih tersisa pada rahang. Malposisi akibat kehilangan gigi tersebut akan mengakibatkan disharmoni oklusal. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada sendi temporomandibula. Pada saat ini, adanya hubungan antara jumlah dan kuadran kehilangan gigi posterior dengan tingkat keparahan ganggguan sendi temporomandibula merupakan masalah yang masih diperdebatkan dalam bidang kedokteran gigi. Hal ini disebabkan oleh etiologi terjadinya gangguan sendi temporomandibula adalah multifaktorial, di mana banyak faktor resiko yang sering dikaitkan terhadap terjadinya tanda dan gejala gangguan sendi temporomandibula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tingkat keparahan gangguan sendi temporomandibula berdasarkan usia, jenis kelamin, jumlah dan kuadran kehilangan gigi posterior serta melihat hubungan antara jumlah kehilangan gigi posterior dan kuadran kehilangan gigi posterior dengan tingkat keparahan gangguan sendi temporomandibula. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis. Subjek yang diteliti sebanyak 50 orang yang berusia di atas 17 tahun dengan kehilangan gigi posterior. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan sendi temporomandibula dengan tingkat keparahan ringan dan sedang paling banyak pada usia 17-25 tahun, dan keparahan berat dialami pada usia 36-45 dan 46-55 tahun. Setiap variasi tingkat keparahan gangguan sendi temporomandibula paling banyak dialami oleh perempuan. Berdasarkan jumlah dan kuadran kehilangan gigi posterior, tingkat keparahan ringan dan berat paling banyak dialami oleh subjek dengan kehilangan gigi posterior ≥3 gigi, dan keparahan sedang paling banyak dialami oleh subjek dengan kehilangan gigi posterior <3 gigi. Tingkat keparahan ringan dan sedang paling banyak dialami subjek dengan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior berjumlah 1 kuadran dan 4 kuadran. Sedangkan tingkat keparahan berat paling banyak dialami subjek dengan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior berjumlah 4 kuadran. Tidak ada hubungan antara jumlah dan kuadran kehilangan gigi posterior dengan tingkat keparahan gangguan sendi temporomandibula, namun tingkat keparahan berat hanya ditemukan pada jumlah kehilangan gigi posterior lebih dari sama dengan tiga gigi dan jumlah kuadran kehilangan gigi posterior pada keempat kuadran.