EMANSIPASI WANITA DI NEGARA ISLAM (Pemikiran Qasim Amin di Mesir)
Main Author: | Hasri, Hasri |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/khwarizmi/article/view/182 http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/khwarizmi/article/view/182/139 |
Daftar Isi:
- Zaman dahulu wanita selalu dianggap lemah, mengerjakan segala macam pekerjaan tidak cekatan dan tidak terampil, hanya bisa berkata “boleh” ataupun “iya” apabila kaum pria menyeuruh mereka. Tetapi sekarang, wanita dapat berkata “tidak” apabila ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya yang dikatakan oleh kaum pria. Itulah salah satu demokrasi yang ditonjolkan oleh wanita karena sekaranglah waktunya untuk bangkit dan berani menyuarakan aspirasi mereka. Adapun makna emansipasi wanita adalah perjuangan sejak abad ke-14 M dalam rangka memperoleh persamaan hak dan kebebasan seperti hak kaum laki-laki. Jadi para penyeru emansipasi wanita menginginkan agar para wanita disejajarkan dengan kaum pria di segala bidang kehidupan, baik dalam pendidikan, pekerjaan, perekonomian maupun dalam pemerintahan. Mesir merupakan negara Islam yang pertama menyadari hal ini, oleh karena itu orang-orang Mesirlah yang pertama mengadakan kontrak dengan dunia barat. Diantara jajaran pemikir-pemikir Islam di Mesir yang pertama memunculkan ide-ide emansipasi wanita adalah Al-Tahtawy. Tetapi pemikir yang mempunyai perhatian besar dan menghususkan dirinya untuk membicarakan hal ini adalah Qasim Amin.