Akhlak dalam Perspektif Ibn 'Arabi

Main Author: Mulyadi, Raden Arif
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://digilib.sadra.ac.id/7/1/summary%20thesis.pdf
http://digilib.sadra.ac.id/7/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini terfokus pada akhlak dalam perspektif Ibn ’Arabî yang terinspirasi oleh karya William C. Chittick, Imaginal Worlds, Ibn al-‘Arabî and the Problem of Religious Diversity, terbitan SUNY Press tahun 1994. Dalam bukunya, Chittick hanya menyinggung pandangan Ibn ‘Arabî secara sepintas mengenai akhlak. Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam dan menganalisis lebih jauh akhlak dalam perspektif Ibn ‘Arabî. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui dan menjelaskan relasi akhlak dan syariat dalam perspektif Ibn ‘Arabî serta melihat kemungkinan perspektif Ibn ‘Arabî dapat menjadi fondasi aturan dalam masyarakat. Peneliti bertolak dari kerangka teoretis akhlak, kemudian pembahasan fondasi-fondasi ’irfân Ibn ’Arabî yang sedikit disinggung dalam karya Chittick. Faktor pembeda dengan karya Chittick dalam penelitian ini adalah pendalaman atas peran dan fungsi syariat yang dihubungkan dengan gagasan wahdat al-wujûd Ibn ’Arabî. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, sebuah pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan dengan mengumpulkan karya-karya primer dari karya- karya Ibn ‘Arabî dan buku-buku sekunder yang mendukung pembahasan penelitian. Kemudian dilakukan analisis data dengan metode analisis-reflektif. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa akhlak dalam perspektif Ibn ’Arabî memiliki akar-akar ketuhanan yang terkait dengan manusia sebagai citra Ilahi. Wahdat al-wujûd yang digagas Ibn ’Arabî ternyata tidak menghilangkan hak dan tanggung jawab manusia sebagai seorang hamba. Untuk sampai pada pengertian wahdat al-wujûd, seorang hamba harus tetap dan selamanya melalui syariat sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Pembiasaan akhlak yang baik yang berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Muhammad memungkinkan orang untuk sampai kedudukan Manusia Sempurna sebagaimana diidealkan oleh para ahli ’irfân. Dengan demikian, perspektif Ibn ’Arabî mengenai akhlak dapat dijadikan sebagai aturan di masyarakat.